And I say, a good girl got her mind right.
She been raised right, being patient I know you waiting.
Waiting on a good thing, when the time's right.
You should let me get to know you baby.
"Excuse me, ma'am!" Felicia mengangkat tangannya.
Sontak, Mrs.Elizabeth dan anak-anak lainnya di ruang musik menghentikan permainan musiknya. Semuanya melihat ke arah Felicia termasuk Mrs.Elizabeth.
"Ya, ada apa Miss.Hudson?" tanyanya pada Felicia.
"Boleh saya ijin ke toilet?" pinta Felicia.
"Ya, silahkan. Ah, tapi ingat, jangan lama-lama." ucap Mrs.Elizabeth yang tersenyum.
"Yes, thank you." Felicia beranjak dari kursinya.
Felicia menutup pintu ruangan, kemudian segera berjalan menuju ke koridor. Sebenarnya memang dari awal ia tidak berniat pergi ke kamar mandi. Tetapi ia ingin pergi ke tempat loker yang ada di koridor. Felicia pun sampai di depan loker yang ia tuju. Di depan loker itu tertulis nama seseorang yang sangat dia suka, JUSTIN. Begitulah tulisan yang tertera.
Felicia menoleh ke kanan-kiri memeriksa kalau tidak ada orang yang melihatnya. Saat dirasa sudah aman, ia mengeluarkan sebuah amplop warna putih dan memasukkannya ke dalam kantong surat yang tergantung di loker Justin. Kantong surat itu sengaja di taruh oleh penggemarnya Justin.
Ya, Justin adalah idola di sekolah itu, Gliford High School. Meskipun ia terkenal sebagai Bad Boy, namun entah bagaimana banyak perempuan yang justru jadi penggemarnya. Tidak terkecuali Felicia. Felicia tahu Justin tidak menyukai perempuan yang gemuk. Felicia juga tahu berarti tidak mungkin Justin menyukainya dengan bentuk badan yang sekarang. Karenanya, Felicia bertekad untuk melakukan diet serta olahraga ketat. Untuk saat ini, Felice--begitulah sapaan akrab untuk gadis ini--hanya bisa menyukai Justin secara diam-diam.
Sesudah memasukkan amplop itu, Felicia pun berjalan kembali ke ruang musik dengan senyum mengembang di wajahnya.
***
Empat bulan kemudian..
Diet dan olahraga ketat yang dilakukan Felicia membuahkan hasil yang memuaskan. Kini dia menjadi sangat cantik, dengan badan yang ideal. Murid-murid sampai tidak mengenalinya. Namun hal itu terjawab ketika Mrs.Taylor mengabsen nama Felicia. Semua murid di kelas memandangi Felicia. Bahkan Mrs.Taylor pun sempat heran dengan Felicia yang sekarang. Justin yang juga satu kelas dengannya, melakukan hal yang sama dengan murid-murid lain.
Tiga minggu berlalu. Meskipun Felice sudah berubah, namun ia masih saja menyukai Justin secara diam-diam. Ia masih diam-diam memasukkan amplop putih ke dalam kantung surat, menaruh sebotol air minum segar di atas meja Justin sehabis olahraga, dll.
Felicia baru akan membuka lokernya kalau saja selembar kertas itu tidak mengganggunya. Ia pun mengambil selembar kertas yang ditempel di pintu lokernya, membuka lipatan kertas itu, kemudian membacanya,
Temui aku di taman belakang, pulang sekolah.
-Justin
Niat Felice untuk pulang ke rumah cepat, terpaksa tertunda. Ia segera menuju taman belakang. Disana, ia benar-benar melihat Justin. Dan disana pulalah kejadian yang tak disangka-sangka terjadi. Justin menyatakan cinta kepada Felicia. Mulai saat itulah mereka resmi menjadi sepasang kekasih.
***
Semenjak Justin dan Felice jadian, Justin seringkali mengantar Felice. Namun, hari ini berbeda. Karena Justin ada urusan lain dan Felice mengikuti kelas musik tambahan. Mereka pun memutuskan untuk tidak pulang bersama.
Di tengah perjalanan pulang, Felice tidak sengaja melihat sosok Justin yang sedang dipukuli oleh sekelompok preman di gang kecil. Sepertinya Justin juga memukul preman itu, melihat luka yang ada di wajah mereka. Felice segera menghampiri Justin yang telah ambruk. Ia dengan berani membela Justin. Namun justru ia yang dikeroyok. Salah satu preman memegang pergelangan tangan Felice dengan erat. Melihat itu Justin bangkit kembali dan menghajar preman-preman itu. Sampai akhirnya teman-teman Justin datang, dan preman itu pun kabur.
"Are you okay?" tanya Justin kepada Felice. Ia khawatir karena tadi Felice sempat di dorong ke tembok oleh preman-preman itu. Ia pun membantu Felice berdiri.
"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu kepadamu. Lihat, wajahmu penuh dengan luka." ucap Felice sembari memegang wajah Justin.
"Ouch." Justin meringis kaget.
"See? Lebih baik kita ke apartemenmu sekarang. Akan aku obati lukamu di sana." ucap Felice tersenyum, mencoba terlihat tenang.
"Aku tidak apa-apa. Ini hal yang biasa. But, well, aku rasa kau benar. Lebih baik kita ke apartemenku sekarang." tutur Justin.
Sesampainya di apartemen, Justin dan Felicia duduk di sofa depan tempat tidur. Felicia mencurahkan waktunya untuk merawat memar yang ada di tubuh dan luka yang ada wajah Justin. Ia memasangkan plester di wajah Justin.
"Done!" ucap Felice tersenyum riang.
"Thanks." Justin tersenyum tipis, kemudian memalingkan wajah, menatap kosong benda di depannya.
Felice menatap ke arah Justin. Ia maklum dengan sikap Justin. Karena dia tahu Justin adalah bad boy. Namun, Felice justru suka dengan dia yang seperti itu. Felice suka semua tentang Justin.
"You're welcome.." Felice memasang senyum termanisnya.
"Okay, so.. sekarang kamu butuh apa? Mau makanan, minuman atau-"
"Tidur." sela Justin.
"Syukurlah.. Itu juga sebenarnya yang ku mau."
Justin mengangkat alisnya, meminta penjelasan.
"Aku ingin kau istirahat. Tapi aku takut kau punya keinginan lain." ucap Felice.
Justin mengangguk, kemudian mencoba berdiri, namun memar di perutnya masih terasa sakit. Felice pun membantunya berjalan menuju tempat tidur. Justin berbaring di tempat tidurnya. Felice membantu menyelimuti Justin.
"Selamat tidur.." Felice mengecup lembut pipi Justin, kemudian tersenyum.
"Ya.." Justin tersenyum, kemudian memejamkan matanya.
Felice meraih handphonenya di dalam saku celana jeansnya. Ia berjalan keluar dari kamar Justin. Ia menelpon ibunya, memberi tahu dimana dia sekarang dan kemungkinan dia akan pulang telat.
Selesai menelpon ibunya, Felice menuju ke dapur, membuatkan makanan untuk Justin. Disela-sela itu, dia menyadari bahwa Justin memang bukan tipikal yang romantis. Ia malah terkesan cuek. Tapi yaa, Felice pikir, 'jalani saja, toh aku suka dia'. Beberapa menit kemudian makanan sudah siap, tapi Justin belum bangun. Untuk itu, dia menaruhnya di meja sebelah tempat tidur. Dan menulis pesan di atas kertas agar Justin memakannya. Selesai itu, Felice pun pulang ke rumahnya.
***
To be continued_
Nisa R.I
31032013
Dedicated to: Fida D.F