Sabtu, 30 April 2011

Unrequited Love







Tuuut…tuuut..tuuut… Nomor yang anda tuju sedang sibuk. Silahkan tinggalkan pesan setelah nada berikut. Niit!
“ yeobseo? Jin woo-a…,ternyata kau masih tidak mengangkat telponku… apakah pertemanan diantara kita sudah berakhir? Apa karena itu kau tidak mengangkat telponku? Apa aku mengganggu hubungan kalian? Ada apa sebenarnya? Aku tidak mengerti apa yang sedang terjadi padamu sekarang…  Jin woo-a.. kau tahu.., rasanya sangat  menyakitkan… mungkin ini terakhir kalinya aku berbicara denganmu. Annyeong  jin woo-a, take caree… ” niit! 
“ ani. Bukan itu Soyeon-a, bukan itu! Mianhae, cheongmal mianhae Soyeon-a! chalmeotesseo!”   Tubuhnya lemas. Ia terduduk di lantai, tubuhnya disandarkan di dinding. Kakinya di tekuk dan dijadikan penopang kepala sekaligus tangannya. Terlihat bahunya yang bergetar, dan terdengar suara isak tangis dari arah kamarnya.
***
“baiklah, pelajaran kali ini selesai sampai disini. Kalian segera pulang ke rumah masing-masing ya!”
“neee, sesaengnim!!”
Bu guru pun keluar dari kelas dan anak-anak bersiap pulang.
“ Hyejin-a, kau sudah selesai?”  kata Soyeon menghampiri hyejin.
“ ne..” katanya sambil memasukkan bukunya yang terakhir kedalam tas.
“ kalau begitu, kajja!”
“mmm!”
Mereka pun berjalan keluar menuju gerbang sekolah.
“Soyeon-a, kau yakin tidak apa-apa kalau aku ikut?”
“ Hei! Kau ini bicara apa sih! Tentu saja tidak apa-apa!!”
“ Tapi takutnya aku mengganggu latihan basketmu..”
“Aigooo… kau pikir kalau kau ikut, kau akan mengganguku, begitu?”
“Mmm...”
“Aiissh! Kau ini! Ada atau tidak ada kau, aku tetap hebat dalam bermain basket!” katanya sambil merangkul Hyejin.
“Cheongmal?”
“Ne! kau puas sekarang, mm?”
“Yup!”
“Aigoo.. baiklah. kajjaaaaaaa!”
Soyeon merangkul sahabatnya itu dan mereka berlari kecil keluar gerbang sekolah. mereka berjalan menuju tempat latihan basket soyeon. Soyeon menceritakan tentang basket karena hyejin terus menanyakannya.
Han Hyejin adalah anak seorang dari CEO perusahaan terkenal. Hidupnya pun bergelimang dengan kemewahan. Tetapi hyejin tidak pernah sombong dengan kekayaannya. Dia seorang yang cantik, feminim dan polos. Bisa dibilang dia adalah primadona di sekolahnya. Sementara Kim Soyeon adalah gadis yang agak tomboy, jago basket dan bela diri. Dia juga anak dari keluarga yang bisa dibilang cukup kaya, tetapi tidak sekaya hyejin. Soyeon adalah anak yang pintar, sementara hyejin tidak begitu. Mereka menjadi sahabat semenjak Hyejin menolong Soyeon yang pernah sekali di bully oleh teman sekelasnya yang iri akan prestasinya.
Mereka pun tiba di lapangan basket tempat Soyeon dan teman2nya biasa latihan. Terlihat teman-teman Soyeon sedang bermain basket. Semuanya adalah laki-laki. Ya, memang benar kalau Soyeon adalah satu-satunya perempuan di situ. Soyeon pun memperkenalkan teman-temannya kepada hyejin.
“ Hyejin-a, kenalkan, ini semua teman-teman basketku. Ini changmin oppa, yang tadi melakukan slam dunk. Dan itu, dari kanan ke kiri namanya  Ji su, Gun wook oppa, dan Suk jin oppa. Jisu-a, gun wook oppa, Sukjin oppa, kenalkan ini sahabatku namanya Hyejin.”
“Annyeonghaseo, hyejin imnida. Bagapshimnida!” katanya sambil sedikit membungkukkan badannya.
“Ah, annyeonghaseo!”
“Baiklah, sekarang akan kuperkenalkan kau kepada kaptennya! Kajja!”
“Mmm!”
“Ah, itu dia! Jin woo-a!” kata soyeon sambil menepuk pundak Jin woo. Jin woo yang tadinya membelakangi Soyeon pun berbalik ke arahnya.
“Ah- Soyeon-a!! kau mengagetkanku saja! “
“Hahaha, maaf. Oh,ya. Perkenalkan ini sahabatku namanya Hyejin. Han Hyejin.”
“Annyeonghaseo, Han Hyejin imnida. Bagapshimnida!”
“Ah, ne.. bagapshimnida, Hyejin-ssi! Choneun, Choi Jin woo imnida!”
Choi Jin woo adalah teman semasa kecil Soyeon. Soyeon sangat akrab dengan Jin woo sejak kecil. Wajar saja, mereka sudah berteman dari umur lima tahun. Jin woo duduk di bangku SMA sama seperti Soyeon, mereka pun seumuran. Rumah mereka juga bersebrangan. Sejak SD kelas 6, Soyeon diajari Jin woo bermain basket. Karena itulah Soyeon menjadi jago main basket. Dan ikut latihan dengan teman-teman klub basketnya Jin woo. Meskipun Soyeon bukanlah anggota dari klub, karena mereka sering latihan bersama, mereka pun jadi akrab satu sama lain.
***
“ Hyejin-a, sekarang aku mau latihan dulu, kau duduk disini saja ya sama Jin woo. Tidak apa-apa kan?”
“ne, gwenchanayo Soyeon-a! lagi pula aku juga ingin lihat kau bermain basket!”
“Mm,arasseo.”
Soyeon pun melangkah menuju lapangan basket tersebut. Sementara Hye jin duduk di sebelah Jin woo. Jin woo memulai pembicaraan.
“Hyejin-ssi..”
“Ne.”
“Menurutmu soyeon itu orang yang seperti apa?”
“Dia orang yang pemberani, periang, dan sedikit tomboy walaupun kadang-kadang sebenarnya dia imut.”
“Benarkah?”
“Mmm! Memangnya kau tidak tahu?”
“Ani. Justru karena aku lebih mengetahuinya di banding orang lain. Dia biasanya tidak akan menunjukkan sisi lainnya itu kepada orang yang tidak begitu akrab dengannya. Berarti, kau termasuk spesial hyejin-sshi.”
“Keurrae? Berarti kau juga spesial dong?”
“ Tentu saja aku spesial! Aku kan temannya sejak kecil! Hahaha..”
“Benarkah? jadi kau temannya sejak kecil?” tanya Hyejin.
"mmm!" jawab Jin woo dengan sebuah senyuman.
"hahaha... kau ini bisa saja Jin woo-sshi." Hyejin tertawa kecil.
“Oh,ya. Aku ingin mendengar cerita darimu bagaimana awalnya kalian bisa menjadi sahabat.”
“Ah, itu. Awalnya….bla bla bla bla”
Hye jin pun menceritakan awalnya mereka-soyeon dan dirinya-menjadi sahabat. Mereka pun asyik mengobrol dan bercerita. Sampai-sampai tidak terasa Soyeon menghampiri mereka.
“Hei! Kalian berdua seru sekali ngobrolnya! Memangnya apa yang sedang kalian obrolkan?”
Tiba-tiba Jin woo menyambar pertanyaan Soyeon yang juga dengan pertanyaan.
“Soyeon-a, apa benar kau pernah di bully oleh teman sekelasmu? Kenapa kau tidak cerita?”
Soyeon melihat ke arah hyejin dengan tatapan yang seolah mengatakan, ‘ya! Apa kau memberitahunya?’. Hyejin mengangguk pelan, setelah itu menunduk, bersiap-siap menerima ocehan Soyeon, sampai pada akhirnya..
“Hah~, jadi itu yang sedang kalian bicarakan? Ya.. benar aku memang pernah di bully. Dan aku tidak menceritakan padamu karena aku tidak ingin membuatmu khawatir. Lagipula itu sudah berlalu. Dan berkat itu aku justru bersahabat dengan Hyejin!” kata Soyeon sambil mengambil posisi duduk di sebelah Hyejin  dan melingkarkan tangannya ke bahu Hyejin. Mereka pun tersenyum.
***
Hari demi hari berlalu. Hyejin dan Jin woo menjadi teman baik. Sampai pada suatu hari…
“ Yaaa!!! Han Daesuk!” teriak Choi Joonki kepada teman lamanya itu.
“Choi Joonki!! Hahaha. Lama tidak bertemu!” mereka pun berjabat tangan.
“ah, iya. Kenalkan ini putraku, Jin woo. Jin woo, kenalkan ini mr.han dan istrinya mrs. kang. Dia teman lama appa sekaligus rekan bisnis appa.”
“Annyeonghaseo, mr han.” Jin woo membunggukkan badannya 45 derajat.
“Ah, kerrae kerrae. Bagapshimnida.” Mr han menjabat tangan jin woo.
Tiba-tiba seseorang keluar dari mobil. Dia seorang yeoja.
“Ah, apakah itu putrimu? Neomu yeppo.”
“ Ne, dia putriku. Kamsahamnida..”
“  Hyejin-a..”
“ Oh- jin woo-a..”
Hyejin terkejut melihat sosok Jin woo. Ia pun berjalan ke arah mereka(ayah dan ibunya, ayah dan ibu jin woo, serta jinwoo). Ayah Jin woo dan ayah Hye jin melihat ke arah Jin woo, heran.
“ Jin woo-a, kau mengenal Hye jin?”
“Ne, appa. Dia temanku. Dia adalah sahabatnya Soyeon, dan ketika itu Soyeon membawanya latihan. Lama -lama aku dan Hyejin pun menjadi akrab satu sama lain.”
“ Benar begitukah Hyejin?” tanya ayah Hyejin kepadanya.
“ne, appa..”
“kenapa kau tidak bilang. Aiissh, cinca. Hahaha.” Kata ayah Hyejin sambil mengacak-acak rambut Hyejin, pelan.
“baiklah. kalau begitu kita langsung masuk saja kedalam.” ajak ayah Jin woo.
Seusai perkenalan singkat di depan restoran tersebut, mereka pun masuk kedalamnya dan berjalan menuju ruangan yang telah disediakan. Setelah semuanya duduk dan hidangan sudah disajikan, mr. choi memulai pembicaraan. Ia mengatakan maksud dari pertemuan itu.
Dan yang dimaksud mr. choi tadi adalah tentang perjodohan antara Hyejin dan Jin woo. Hyejin dan Jin woo pun tidak merasa keberatan dengan itu semua. Karena mereka juga sudah tahu, pasti ini semua adalah demi bisnis ayah mereka masing-masing. Setelah selesai, keluarga mr.han dan mr. choi pun pulang ke rumah.


_To be continue