Kamis, 05 Mei 2011

Unrequited Love 2







Shoot!!
Tembakan soyeon masuk ke dalam ring. Terdengar tepuk tangan serta pujian dari teman-temannya. Soyeon pun duduk di lapangan dengan memakai hoodie dan celana jeansnya. Ia menyelonjorkan kakinya, dengan nafas yang masih terengah-engah .  Terlihat keringat mengucur di wajahnya.
“ Ini!” jin woo menyodorkan handuk dan sebotol air mineral kepada soyeon.
“Ah, gomawo!” soyeon mengambil air mineral dan handuk itu.
Ia pun mengelap keringat yang ada di wajahnya dengan handuk. Setelahnya, ia meneguk habis air mineral tersebut . Jin woo ikut duduk di sebelahnya.
“Ya! Kim so yeon! Kau ini manusia apa bukan? Kau menghabiskan air mineral botol 700ml dalam sekali teguk! Hiii.. dasar aneh.”
“Hei! Aku ini manusia tau! Kau kira aku ini apa?! Dan aku juga juga tidak aneh. Ini karena memang aku sangat haus sehabis bermain basket tadi. Weeeellkkk!” soyeon menjulurkan lidahnya .
“ Hahaha. Aku kan cuma bercanda! Aku tau kau kelelahan. Aiiissh, dasar!” jin woo mengacak-acak rambut soyeon.
Mereka berdua pun tertawa lepas. Latihan pun selesai. Mereka semua pulang. Jin woo dan Soyeon berjalan pulang bersama. Di tengah perjalanan, mereka berhenti sebentar, duduk di sebuah bangku taman. (model bangkunya, bangku taman. Tapi bukan di taman.)
“Ini!” jin woo menyodorkan minuman kaleng sisa lebih dari anak-anak tadi.
“Gomawo!”  
Soyeon pun membuka minuman tersebut dan meminumnya. Jin woo duduk di sebelahnya , kemudian dia membuka minuman tersebut dan meneguknya.
“ Soyeon-a..”
“Wae?”
“ Ini tentang pertemuan yang diadakan ayahku seminggu yang lalu…”
“Ooh.. Memangnya pertemuan itu tentang apa?”
“ Perjodohanku dengan Hyejin.”
Soyeon yang sedang meminum minuman sodanya lantas tersentak dengan perkataan jin woo dan menyemburkan sebagian soda yang sedang di teguknya.
“Mwo?!” soyeon melihat ke arah jin woo dengan mata yang terbelalak.
Jin woo hanya mengangguk. Soyeon pun  mengalihkan pandangannya dari jin woo, kembali ke posisinya semula sambil mengedip-ngedipkan mata, layaknya tidak percaya. Jin woo mengambil sapu tangannya dan mengelapkannya ke baju soyeon yang terkena tumpahan soda, serta ke wajahnya. Sementara soyeon masih terdiam, tidak percaya. Kemudian Soyeon kembali melihat ke arah jin woo sambil menyipitkan matanya.
“Lalu, apa kau menyetujuinya? Bagaimana dengan hyejin? Apa dia juga setuju?” tanya soyeon penasaran.
“Ya, kami menyetujuinya.”
“ Ya! micheosseo?!”
“Wae?”
“Kalian kan masih sma. Masa sudah mau menikah?” kata soyeon dengan wajah polosnya.
“Ya! Kau pikir aku dan hyejin akan menikah sekarang?” kata jin woo sambil mencubit kedua pipi soyeon.
“Ne.”
“Kau ini. Kami baru akan menikah kalau sudah dewasa nanti! Kau ini benar-benar menggemaskan sekali sih uukkkhh!” jin woo mengeraskan cubitannya.
“Aw! Sakiit tau…! Jadi begitu rupanya.”
Soyeon menatap kedepan sambil tersenyum tipis. Sementara jin woo bersandar di kursi dan menatap langit.
“ Jin woo-a…”
“mmm..”
Soyeon menatap kearah jin woo.
“Apakah kau menyukai hye jin?”
“Ne..”
“Kau sudah berpacaran dengannya ya?”Soyeon mengatakannya dengan penuh percaya diri.
Jin woo melihat kearah Soyeon kaget.
“Bagaimana kau tahu?”
“Hahaha aku kan sahabatmu dari kecil! Bagaimana bisa aku tidak tahu. Lagi pula itu semua bisa terlihat dari matamu!” Soyeon tertawa kecil.
“Cheongmal?”
“mmm! Tentu!”
“Aiish! Kau ini..” jin woo mengacak-ngacak rambut soyeon.
“Ya! Kenapa sih kau selalu saja mengacak-acak rambutku!” soyeon menepis tangan jin woo.
“Karena aku menyukainya!” katanya kembali mengacak-acak rambutnya lagi. Ia tersenyum jahil. Ia pun kabur.
“Yaa!!!!!!! CHOI JIN WOO!!!!!”  teriak soyeon yang masih duduk di tempatnya dengan rambut yang berantakkan, sambil merapikannya. Sementara jin woo berlari sambil sebentar melihat ke arah soyeon.
“tangkap aku kalau bisa! Weeelk :P” jin woo menjulurkan lidahnya dan kembali berlari, karena melihat soyeon berdiri dari tempatnya. Tetapi ternyata soyeon hanya tersenyum pilu dan melihat jin woo berlalu. Ketika jin woo sudah tidak terlihat, ia berjalan berlawanan arah dengan jin woo. Dia berjalan dengan pandangan kosong.
‘tuhan, mengapa perutku terasa sakit.. seperti teremas-remas rasanya…’   batin soyeon sambil memegangi perut bagian kanannya. Ia pun terus berjalan. Tidak terasa air mata mengalir membasahi pipinya. Tetapi ia terus saja berjalan dengan pandangan kosong .
***
Setelah berlari-lari mencari Soyeon, akhirnya Jin woo pun menemukan sahabatnya tersebut sedang duduk di meja depan supermarket . (biasanya kalau di korea di depan supermarketnya suka ada meja buat makan ramen + kimchi)
“Hah.. hah.. hah…   ya! Soyeon-a!! micheosseo?!! ”
“ Oh- jin woo-a…”
“Kau tidak tau betapa khawatirnya diriku ketika aku kembali ke bangku taman itu dan kulihat kau sudah tidak ada!! Huh?!! Kau tidak tahu kan betapa cemasnya aku?! Bagaimana kalau nanti kau diculik?! Aku harus bilang apa pada orang tuamu nanti?!” keluh jin woo tanpa jeda sepatah kata pun.
“Aku rasa itu akan lebih baik..”
“Yaa!!!!!!!! KIM SOYEON!!!”
Soyeon hanya menunduk. Terlihat raut kesedihan di wajahnya. Raut wajah Jin woo pun ikut berubah melihat soyeon yang seperti itu. Sangat jelas terlihat bahwa itu bukan seperti soyeon yang tadi ia temui.
“ Soyeon-a… mianhae, aku hanya khawatir terjadi apa-apa padamu. Maafkan aku karena sudah membentakmu. Aku tidak marah, aku hanya khawatir. Soyeon-a… ada apa? Mengapa raut wajahmu seperti itu? Apa terjadi sesuatu?”
“ani. Gwenchanayo!” kata soyeon sambil tersenyum tipis, senyum yang terlalu dipaksakan. Dan jin woo dapat melihatnya. 
‘Maaf, aku tidak bisa menceritakannya… aku tidak ingin membuatmu khawatir… lagi pula kau sudah bersama Hyejin.’
*Flashback
“Soyeon-a! apa kau sudah siap?”
“Ne, omma! Aku segera turun!”

***
“Dokter,sebenarnya ada apa?” tanya ibu soyeon.
“Dari hasil medical check-up, Soyeon di pastikan mengidap kanker liver stadium awal. Jadi, tolong jaga kondisi Soyeon. Usahakan soyeon tidak kecapekan dan jangan ada yang mengganggu pikirannya. Karena perasaannya juga dapat memengaruhi.”
“Mworago?! Kan..ker liver dok?!” Kata ibu soyeon tidak percaya.
“Ne. begitulah mrs.song. baiklah, saya akan berikan obat pereda rasa sakitnya dan nanti bisa anda ambil di counter. Kalau nanti keadaannya semakin parah, mungkin bisa sampai di operasi. jadi tolong jaga kondisi Soyeon baik-baik.”
“Baik, dok . saya mengerti. saya akan lebih menjaganya lagi.” Kata ibu Soyeon.
Soyeon dan ibunya pun meninggalkan ruangan dan menuju ke counter obat. Setelah itu mereka menuju lobby, menunggu mobil. Beberapa menit kemudian mobil pun tiba. Supirnya membukakan pintu belakang mobil sedan itu. Lantas Soyeon dan ibunya masuk ke dalam mobil. Di dalam perjalanan, keduanya menatap kosong ke arah luar kaca mobil. Terlihat air mata yang menggenang di kedua pelupuk mata ibu Soyeon. Ibu soyeon pun memberitahu suaminya sesudah mereka sampai di rumah.
***
Cklek.
Soyeon menutup pintu kamarnya dan segera meraih telepon genggamnya. Ia menghubungi jin woo.
Tuuut… tuut…. nomor yang anda tuju sedang sibuk mohon tinggalkan pesan setelah nada berikut. Nit!
“jin woo-a........... ani. Bukan apa-apa. Mian, aku sudah mengganggumu. Annyeong.” Niit!
Cepat-cepat ia menutup telponnya. Dan meletakkan telepon genggamnya di meja. Kemudian ia mengambil buku harian dan sebuah pena, ia duduk bersandar di dinding dan menuliskan sesuatu di buku harian itu.
***
“annyeonghaseo!” jin woo membungkukkan badannya ke arah mr. han dan istrinya. Mereka pun membalasnya. Jin woo pun melambaikan tangannya ke arah hyejin, setelah orang tua hyejin masuk kedalam mobil.
“annyeong!” kata jin woo sambil tersenyum riang.
“annyeong..” balas hyejin.
“hei, jin woo-a! cepat masuk ke dalam mobil!” kata ayah jin woo.
“ne!”
Di dalam mobil
Jin woo memeriksa telepon genggamnya.
‘1 VOICE MAIL’
“oh- tadi soyeon menelponku? ”
Jin woo cepat-cepat menghubungi nomor soyeon. Jin woo pun mendengarkan voice mail tersebut.
Niiit!
“jin woo-a...........ah-  ani. Bukan apa-apa. Mian, aku sudah mengganggumu. Annyeong!”
Niit!
‘kalau tidak apa-apa kenapa dia menelpon? Heh,jangan-jangan dia cuma iseng. Tapi.. suaranya terdengar sedikit berbeda..mudah-mudahan tidak ada sesuatu yang buruk menimpanya.’ Batin jin woo.
*flashback end
“ Soyeon-a, kajja!” kata Jin woo sambil menarik tangan Soyeon, tetapi soyeon tidak berkutik sedikit pun dari kursinya.
“ kajja!” kali ini jin woo mengangkat tubuh soyeon dari tempat duduknya. Tetapi soyeon masih bersikeras untuk tidak bangun dari duduknya.
“ Soyeon-a…” jin woo melepaskan ngenggamannya dan perlahan menjatuhkan lututnya ke tanah, bersimpuh di samping Soyeon sambil menatapnya. Soyeon tetap memandang lurus ke depan.
“soyeon-a… kalaupun kau tidak mau menceritakannya padaku, setidaknya kita pulang dulu ke rumah, mm?” jin woo menatap Soyeon dengan penuh perhatian. Layaknya seorang kakak yang selalu menjaga adiknya.
  Soyeon pun membalas tatapan Jin woo. Ia tersenyum, tipis..
“keurrae, kajja.. mianhae,sudah merepotkanmu..”
Soyeon pun berdiri dari duduknya. Jin woo ikut membantunya, dengan menggandeng tangannya. Mereka pun berjalan pulang. Di sepanjang perjalanan, Soyeon tidak berkata apa-apa. Jin woo pun juga tidak bisa berkata apa-apa. Yang bisa di lakukannya hanyalah menggandeng tangan Soyeon, menuntunnya pulang.

_To be continue