Minggu, 28 April 2013

Right Here(part3)



Sebulan berselang semenjak Felice dan Austin menjadi sepasang kekasih. Namun, Felice menyadari suatu hal. Anggapannya bahwa Austin dapat menghapus Justin dari hatinya, ternyata salah. Sampai detik ini, Felice masih saja diam-diam memerhatikan Justin tanpa sadar. Memerhatikan Justin yang sedang berdiri di lokernya sembari mengobrol dengan teman-temannya. Felice menghela napas panjang. Kemudian Austin datang,

"Hey, what's the matter?" ucap Austin mengelus kepala Felice lembut.

Felice merasa sekarang waktunya untuk jujur kepada Austin, bahwa ia masih menyukai Justin.

"Austin, bisakah kita ke taman belakang sekarang? We need to talk.." Felice tersenyum tipis.

"Okay, sure." senyum Austin terkembang di wajahnya.

Mereka berjalan menuju taman belakang. Sesampainya di sana, mereka berdiri di depan air mancur kecil.

"Jadi, apa yang mau kau katakan padaku?" Austin tersenyum.

Felice menunduk resah, sambil menggigit bibirnya sesekali. Kemudian ia bertumpu pada kedua lengan Austin,

"Austin, aku.. aku minta maaf. Aku rasa kita cukup sampai disini saja." ucapnya sembari menunduk.

Austin sedikit tidak percaya, namun berusaha untuk tenang.

"Bisa kau beri tahu aku alasannya?" sekarang giliran Austin memegang pundak Felice.

"Aku.. ternyata aku masih menyukainya, menyukai Justin." Felice tertunduk lemas.

Austin perlahan melepaskan tangannya dari pundak Felice. Ia terdiam, tatapannya kosong. Felice membuka suara,

"Aku ingin bisa menyukaimu, tapi tak bisa. Aku tidak bisa membohongi perasaanku." Felice menatap Austin dengan berlinang air mata.

Mata austin memerah, tatapannya berubah menjadi geram. Ia pun mengepal tangannya. Spontan, ia mencekik leher Felice. Felice terkejut,

"Austin! Ada apa denganmu?!" ucapnya tersendat-sendat.

Beberapa saat kemudian, Austin melepas cekikannya dan beralih mencekram pergelangan tangan Felice. Kemudian ia menyeret Felice ke gudang tua. Sesampainya di sana, Austin menjatuhkan tubuh Felice di atas kursi dengan sangat keras. Felice mangaduh. Austin mencoba mengikat tangan Felice dengan tali yang kebetulan ia temukan di gudang itu.

"Austin. This isn't you!"

"Shut up!" ucap Austin yang sudah selesai mengikat tangan Felice ke belakang. Kini Austin beranjak dari tempatnya dan beridiri tepat di depan Felice,

"You don't know anything 'bout me!" mata austin membelalak tajam ke arah Felice.

Kemudian Austin mendekati Felice. Ia mencekram wajah Felice dan mendekatkan wajahnya. Jarak pandang mereka selisih 10 cm,

"Austin yang kau kenal sebagai malaikat itu, hanyalah sandiwara belaka. Dan, Austin yang sekarang ada di depanmu, adalah Austin yang sebenarnya."

Setelah selesai dengan kalimatnya, Austin melepaskan tangannya dari wajah Felice. Ia pun tertawa keras, tawa sang iblis. Kemudian ia memutar badannya membelakangi Felice.

Felice sangat terkejut. Ia terkejut melihat perubahan sikap Austin ditambah pernyataan yang dikatakannya barusan. Sesaat kemudian Austin membuka suara,

"Well, let me tell you something," ucap Austin yang kini kembali memutar badannya ke arah Felice.

Austin pun menceritakan semuanya. Semua itu di mulai semenjak dua tahun yang lalu. Ketika mereka masih duduk di tingkat 9 SMA. Saat itu Justin adalah anak baik-baik, sedangkan Austin adalah seorang bad boy. Austin seringkali berganti-ganti pasangan, berkelahi, namun ia bukan peminum.

Justin mempunyai teman masa kecil bernama Kenny. Mereka sudah sangat dekat, sampai suatu hari ketika Justin sudah mempunyai kekasih, kedekatan mereka sudah tidak seperti dulu lagi. Justin lebih sering menghabiskan waktu dengan kekasihnya. Kenny merasa sedih dengan itu. Karena sebenarnya Kenny amat sangat mencintai Justin.

Austin diam-diam memperhatikan Kenny. Sebenarnya Austin sudah lama tertarik dengan gadis itu, tapi ia tidak menggubrisnya. Sampai pada suatu hari, Austin melihat Kenny menangis karena Justin. Austin merasakan hal yang yang aneh. Dadanya terasa sakit melihat itu. Ia lebih suka melihat Kenny yang tersenyum. Mulai dari situ Austin sadar, Kenny-lah gadis yang dapat meluluhkan hatinya. Hubungan mereka menjadi dekat. Austin pun menggantikan posisi Justin yang belakangan ini sibuk dengan kekasihnya. Suatu hari, Austin menyatakan perasaannya kepada Kenny. Kenny menolaknya. Kenny bilang kalau hatinya tetap memilih Justin, meskipun Justin sudah bersama orang lain, dia rela, asalkan Justin bahagia. Hanya saj, hal yang mebuatnya menangis adalah Justin seperti sudah tidak menganggapnya ada.

Beberapa hari setelah itu, Kenny meninggal dunia. Austin mendengar bahwa penyebab kematian Kenny adalah kecelakaan. Ia dan Justin datang ke pemakaman Kenny, namun tidak bersama. Justin berangkat lebih dulu, menjemput kekasihnya. Sepulang dari pemakaman Kenny, sesampainya di rumah, Austin langsung menonjok Justin yang baru saja meletakkan gelas minumannya,
"Sekarang kau baru muncul di hadapannya setelah ia sudah meninggal?! Huh?!" Austin geram.

Justin hanya diam saja, tidak berani melawan.

"Baiklah, mulai besok dan seterusnya, kita bertukar peran! Kau menjadi aku dan aku menjadi kau. Agar kau bisa merasakan apa yang kurasakan dan Kenny rasakan!" ucap Austin tajam.

Justin melihat Austin yang tidak seperti biasanya. Austin seperti sudah dikuasai iblis. Namun, Justin merasa dirinyalah yang menyebabkan Austin seperti itu. Karenanya, Justin menurut saja dengan perintah Austin soal bertukar peran itu.

Setelah kejadian itu, Justin dan Austin pindah ke sekolah lain. Disitulah mereka bertukar peran. Di sebuah sekolah yang bernama Gliford High School, sebuah sekolah swasta yang bertempat di New York. Namun, pertukaran peran itu hanya dilakukan di luar apartemen.
***

To be continued_

Nisa R.I
28042013









Tidak ada komentar:

Posting Komentar