Sabtu, 27 Agustus 2011

Nobody Does, Just You - part 6



Jam makan siang pun telah tiba. Mereka berempat sudah berkumpul di salah satu meja di restaurant hotel tersebut, lengkap dengan hidangan yang akan mereka santap.

“Ririn-a” panggil Yoseob.

Ne..” sahut Ririn dengan nada malas. Karena ia tahu bahwa sekarang waktunya untuk menerima hukuman.

“Nyanyikan lagu Three Bear. Oh ya! jangan lupa dengan tariannya.” Ucap Yoseob sambil tersenyum jahil.

MWO?!  Aiish.. ottokae..” ucap Ririn sambil menundukkan kepalanya dalam-dalam.
Hyoseon dan gikwang pun melirik ke arah Yoseob dan Ririn. Lantas gikwang pun bertanya kepada Yoseob,

“Ya,kenapa kau menyuruhnya melakukan itu?”

“Iya, betul. Di muka umum lagi..” sambar Hyoseon.

“Tadi kami main game online. Dan ririn pun kalah dalam game itu. Alhasil inilah hukuman yang di dapat.” Ujar Yoseob.

“Oooh, jadi begitu rupanya..” ucap Gikwang.

“Hei, sepertinya kalian akrab sekali! Apakah…” ucap Hyoseon yang memang tidak menuntaskan kata-katanya.

“Tidak. Justru kami sangat tidak akur satu sama lain.” Ucap Yoseob dengan santai.

“Benarkah? Eeii..” ucap Hyoseon.
Ririn yang sedari tadi menunduk kemudian mengangkat wajahnya,

“Baik! Aku akan melakukannya!” ucap Ririn dengan tegas.

“Silahkan, aku akan menontonnya dengan seksama.” Ucap Yoseob.

Ririn pun mulai melakukan hukuman tersebut. Ia melakukannya dengan malas-malasan dan terlihat wajahnya yang ditekuk. Hyoseon dan Gikwang ikut memperhatikannya sambil sesekali tersenyum. Sementara Yoseob sudah tertawa terpingkal-pingkal melihat tingkah Ririn itu.

Ririn pun selesai dan kembali ke kursinya. Sementara Yoseob masih tetap tertawa.

Ya! kau puas sekarang?!” tanya Ririn kesal.

Tetapi Yoseob masih saja tertawa. Melihat itu pun Ririn menjadi jengkel.

YA! YANG YOSEOB!!! AKU TIDAK AKAN KALAH DARIMU LAGI! TIDAK AKAN! KAU LIHAT SAJA!” ucap Ririn dengan sedikit berteriak sambil megacungkan telunjuknya ke arah Yoseob.

Tetapi lagi-lagi Yoseob masih tertawa. Ririn pun kemudian hanya bisa merengut dan kembali menatap hidangan di mejanya. Gikwang menyuruh Yoseob untuk berhenti tapi tetap tidak berhasil. Kemudian ririn melihat ke arah Yoseob yang masih tertawa.

‘Tetapi, kalau dipikir-pikir, aku belum pernah melihatnya tertawa selepas itu..’ batin Ririn sambil tersenyum tipis.

‘Ah! Tapi aku tetap tidak akan kalah darinya! Ne! Aku harus menang suatu saat nanti!’ batin Ririn yang sudah membulatkan tekadnya untuk tidak kalah dari Yoseob.
Setelah itu ririn pun kembali menyantap hidangannya. Begitu juga dengan yang lain, termasuk Yoseob yang sudah berhenti dari tawanya.

****
Hyoseon dan Gikwang pergi jalan-jalan berkeliling hotel. Sementara Ririn dan Yoseob sendirian di kamarnya masing-masing. Yoseob pun berjalan menuju balkon. Ia berusaha mencari udara segar. Kemudian tiba-tiba dilihatnya Ririn yang juga muncul di balkon seberang. Ririn melihat ke arah Yoseob.

Oh, annyeong.” sapa Yoseob datar.

Annyeong..” balas ririn dengan nada malas.
Ririn pun bersandar di tralis balkon sambil menghirup udara di malam hari.

“Ririn-a!” ucap Yoseob yang sedikit teriak.

Mwo?!” tanya Ririn tanpa mengeluarkan suara.

Yoseob kemudian mengisyaratkan Ririn untuk membuka connecting doornya. Yoseob dan ririn pun masuk ke kamar dan membuka connecting door mereka bersamaan.

Wae?” tanya Ririn.

Tanpa permisi dulu, Yoseob langsung masuk ke kamar Ririn dan Hyoseon. Ia berjalan menuju balkon.

Ya oppa! Bagaimana bisa kau masuk tanpa permisi dulu!?” ucap Ririn sambil mengikuti Yoseob menuju balkon.

Yoseob mendadak berhenti di depan pintu balkon. Ririn yang tidak begitu memperhatikan lantas menabrak Yoseob.

“Ya!” gerutu Ririn.

Yoseob membalikkan badannya ke arah Ririn,

“Ini.”

Mwoya?” tanya Ririn lembut.

“Kau tidak lihat ini coklat?!” ucap Yoseob yang masih memegang coklat batangan itu.

“Aku tahu kalau itu coklat! Maksudku..” ucap ririn yang dipotong oleh Yoseob.

“Kau tidak mau? Ya sudah kalau begitu..” ucap Yoseob yang hampir menyimpan kembali coklat itu.

Ani! Tentu saja aku mau!” ucap Ririn sambil merebut coklat itu dari tangan Yoseob.

“Waah, kau memang tergila-gila dengan coklat ya! ckckck…” Ucap Yoseob sambil menggelengkan kepalanya.

Ne!” ucap Ririn yang sedang membuka bungkusan coklat itu.

Yoseob pun berjalan ke arah tralis balkon dan menghela nafas sejenak. Kemudian ririn menyodorkan coklat di depan mata Yoseob. Yoseob pun mengambil coklat itu dan memakannya.

“Enak kan?” ucap Ririn.

Ne..” ucap Yoseob.

Oppa,” panggil Ririn

Mm?” sahut Yoseob

“Kau pasti sangat puas mengerjaiku tadi!” ujar Ririn

Yoseob sontak tersenyum geli, tapi hanya untuk beberapa saat.

“Tapi oppa, aku baru pertama kali melihatmu tertawa lepas seperti itu...” ucap Ririn masih terus memakan coklatnya.

Yoseob melihat ke arah Ririn sebentar, dan setelah itu kembali menatap lurus kedepan.

“Kurasa,baru kali ini. Setelah sekian lama..” ucap Yoseob yang kemudian berlalu.

Oh- oppa, kau mau kemana?” ucap Ririn yang mengikuti Yoseob masuk kedalam kamar.

“Aku mau menonton tv.” Ucap Yoseob dengan santai.

“Menonton tv disini?” tanya Ririn

“Iya, memang kenapa? Tidak boleh?” ucap Yoseob

“Boleh! Aku kan hanya bertanya. Siapa tahu kau menonton tv di kamarmu kan..”

Kemudian mereka pun duduk dibawah bersandar ke spring bed, menonton tv. Ririn menonton tv sambil memakan coklatnya.

Glek!

"Huwaaaa!"


_To be continue_

Nisa R.I
27082011

Selasa, 23 Agustus 2011

Nobody Does, Just You - part 5


Annyeong, unnie!!!” sapa Ririn yang sedang menuruni anak tangga. Terlihat senyum simpul di bibirnya.

“Ayolah cepat! Kita sudah hampir ketinggalan pesawat! Kajja!” ucap Hyoseon.

Ne!” jawab Ririn dengan antusias.


*Flash back

“Pulau Jeju??!” tanya Ririn dengan mata terbelalak.

Ne! bagaimana? Kau bisa kan ikut dengan kami? Kumohon…” pinta Hyoseon.

Unnie, bagaimana bisa aku menolaknya!!! Gomawo unnie-a!! >.<” ucap Ririn dengan sangat riang sampai-sampai ia memeluk Hyoseon. Hyoseon membalas pelukan Ririn.

Ne! aku tahu kau pasti ikut!” ucap Hyoseon yang juga sama riangnya dengan Ririn.
Ririn kemudian melepaskan pelukannya,

“Tentu saja! Mana mungkin aku menolak kalau soal jalan-jalan,” ucap Ririn.

Ne, kau kan sangat suka sekali jalan-jalan.”

“Baiklah kak, aku ke atas dulu ya! menyiapkan baju dan barang yang akan di bawa nanti!” ucap Ririn sembari beranjak dari sofa menuju ke kamarnya.

“Mm!”
End of  flash back

****
“Pesawatnya sudah datang! Ayo kita siap-siap!”ucap Hyoseon.

Ne!” jawab Ririn, Gikwang dan Yoseob serempak.

Mereka berjalan di belalai, untuk memasuki pesawat. Sewaktu berjalan di dalam belalai, mereka berempat sesekali bercanda. Terlihat keakraban diantara Gikwang, Ririn dan Hyoseon. Yoseob juga, hanya saja terlihat kepalsuan di dalamnya.

Mereka pun sudah memasuki pesawat dan sudah mendapatkan tempat duduk yang dicari. Gikwang  duduk berdua dengan Hyoseon. Sementara Yoseob dan Ririn duduk berdua di belakang Gikwang dan Hyoseon.

****
Setelah mencapai setengah jam perjalanan, Ririn tertidur. Sementara Yoseob masih terlihat membaca sebuah novel. Tiba-tiba saja kepala Ririn jatuh tepat di bahu kanan Yoseob. Yoseob yang sedang serius membaca buku, sedikit tersentak dan melihat kearah Ririn sebentar baru memutuskan melanjutkan kegiatannya lagi.

Beberapa menit kemudian, Yoseob selesai membaca buku dan dirasanya sedikit mengantuk. Ia-yoseob-pun memutuskan untuk tidur. Kepala Yoseob yang tegak bersandar di kursi pesawat, sambil melipat kedua tangan di dadanya, lama-lama menjadi bersandar di atas kepala Ririn yang bersandar di bahu Yoseob. Alhasil sisa dari perjalanan itu mereka habiskan dengan memasuki alam mimpi mereka. Termasuk hyoseon dan gikwang.

****
“Haaah.. Akhirnya kita sampai juga!” ucap Hyoseon sambil menjatuhkan dirinya di atas kasur hotel tempat mereka menginap.

Ririn meletakkan barang bawaan mereka dan langsung berlari menuju arah balkon.


Cklek
Dibukanya pintu balkon tersebut.

“Waaaah..! Udaranya sejuk sekali! Pemandangannya juga indah! Unnie, kemarilah! ” ucap Ririn yang berada di balkon.

Dengan muka yang semringah, Hyoseon menyusul ke tempat Ririn berada.

“Huwaaa...! kau benar. Udaranya sejuk sekali!” ucap Hyoseon sambil mengoletkan badannya.
Mereka pun terlihat menikmati semilir angin yang mengibas rambut mereka sambil menopangkan tubuhnya di tralis balkon. Beberapa menit kemudian…

“Apa kau sudah puas menikmatinya?”tanya Hyoseon.

“Mmm! :)”

“Baiklah, kalau gitu ayo kita kedalam, merapikan barang-barang kita. Setelah itu aku mau mandi!” ucap Hyoseon.

Hyoseon dan Ririn pun masuk kedalam dan berbenah. Selesai berbenah, Hyoseon pun mandi dan Ririn memilih untuk berkeliling hotel.

****
“Gikwang-a, aku sudah selesai. Sekarang kau bisa memakai kamar mandinya.” Ujar yoseob

Ne!” ucap Gikwang

“Oh ya! aku mau keluar sebentar, melihat sekeliling hotel. ” Jelas Yoseob ke Gikwang

“Oh, baiklah!”

****
Setelah puas berkeliling, Ririn pun memutuskan untuk singgah di lounge hotel tersebut. Ririn duduk dan membuka laptopnya yang berukuran 13 inch itu. Ketika Ririn menyalakan laptopnya, ia merasa ada seseorang yang datang. Ririn pun mengalihkan pandangannya terhadap orang itu.

“Oh, oppa! Annyeong! :)” ucap Ririn kepada Yoseob.

Ne, annyeong..” ucap Yoseob dengan nada agak malas sambil mengambil tempat duduk sebelah Ririn.

Ya! oppa. Kau kesini juga? Aku kira kau dengan unnie dan gikwang oppa!” ucap Ririn.

Ne.. aku tadi barusan berkeliling hotel dan memutuskan untuk kesini. Eh, ternyata kau juga ada disini. Haah..” Ujar Yoseob sambil membuka laptopnya yang berukuran lebih besar dari punya Ririn.

“Kau membawa laptop juga? Kenapa kita bisa sama-sama membawa laptop begini?”

“Molla~ kau kira aku segaja mengikutimu?” tanya Yoseob.

“Ah, ani! Aku hanya bicara,” ujar Ririn.

Suasana hening sebentar. Karena mereka mulai asyik dengan kegiatan masing-masing. Ririn sibuk memainkan jemarinya diatas keyboard sementara Yoseob sibuk main game online.

****
“Selesai!” ucap Ririn yang menghentakkan jarinya di huruf terakhir keyboard.

“Memangnya kau sedang menulis apa?” tanya Yoseob yang masih serius memainkan gamenya.

“Ooh, ini. aku menulis perjalanan kita ke pulau jeju ini.” ujar Ririn

“Ooh, begitu..” ucap Yoseob sambil menganggukkan kepalanya.

“Oppa, kau sendiri sedang apa?” sekarang giliran ririn yang bertanya.

“Kau tidak lihat? Aku sedang main game.”ujar Yoseob

“Benarkah? Game apa itu? boleh kulihat?” pinta Ririn.

“Mm…” ucap Yoseob

“Oppa, bagaimana kalau kita bertanding? aku juga pandai memainkan game ini!” tantang Ririn

“Benarkah? Ya sudah ayo kita bertanding! Kali ini aku tidak akan kalah darimu!” ucap Yoseob

****
Yes! Aku menang!” ucap Yoseob.

Ririn terlihat manyun dan menghela nafas karena ia kalah. Dan mereka membuat peraturan bahwa hukumannya adalah pemenang boleh menyuruh yang kalah melakukan apa saja.

“Baiklah, sekarang kau mau menyuruhku melakukan apa?” Ucap Ririn dengan lesu.

“Memangnya aku suruh kau melakukannya sekarang..” ucap Yoseob dengan nada jahil.

Ririn hanya melihat Yoseob heran tanpa berkata apa-apa. Kemudian Yoseob kembali berbicara.

“Aku akan memberitahumu saat makan siang. Dan pada saat itu juga kau melakukannya. Baiklah, aku permisi dulu.” Ucap Yoseob sambil berlalu.

Ya! Oppa! Oppa! Aiish, jinjja!” gerutu Ririn.

Ririn menengok jam di tangannya.

“Oh! Sudah jam 10? Lebih baik aku kembali ke kamar untuk mandi.” ucap Ririn yang kemudian menutup laptopnya dan berlalu.

_To be continue_

Nisa R.I
23082011


Jumat, 24 Juni 2011

Nobody Does, Just You - part 4


“Ririn-a, ririn-a! bangun!” ucap Hyoseon membangunkan adiknya itu.

Ririn yang masih nyaman di bawah selimutnya pun berkata,

“Aaaah… ada apa sih kak? Aku masih ngantuk nih!” ucap ririn sambil menarik selimut dan menenggelamkan badannya di dalam selimut itu.

“Saeng-a~ ayo kita joging! Mumpung sekarang udara masih segar! :) ayolaah..” ucap hyoseon sambil menggoyang2kan tubuh Ririn.

“Memang sekarang jam berapa?” tanya Ririn dengan nada malas.

“Jam setengah enam.” Jawab Hyoseon

“Aaah! Shiro! Aku mau tidur saja..” bentak Ririn lembut.

“Saeng-a~ kalau kau bangun aku janji akan membelikanmu coklat yang paaaling enak, bagaimana? Saeng-a..” Hyoseon menggoyangkan tubuh Ririn lagi.

Ririn pun lantas bangun dan membuka selimutnya. Apabila sudah mendengar kata COKLAT dia bersedia untuk melakukan apapun, tetapi masih dalam bentuk yang wajar lhoo!

“Jinja??” ucap ririn dengan penuh harap.

“Mmm” ucap hyoseon sambil menganggukkan kepalanya.

“Baiklah, ayo kita berangkat! :)” ucap Ririn yang lantas beranjak dari tidurnya dan berjalan keluar kamar.

Hyoseon pun geleng-geleng kepala sendiri melihat tingkah laku adeknya yang satu ini. kalau sudah urusan coklat saja dia semangat sekali. Bahkan lebih semangat daripada kakaknya itu.

“Kak, ayo! Katanya mau joging! Aku sudah siap nih! :))” ucap Ririn yang menghampiri kakaknya.

“Ah, ne kajja! :)” ucap Hyoseon yang tersadar dari lamunannya tadi.

****
“Hah… hah…hah… kak, istirahat sebentar. A..ku.. tidak kuat lagi. Hah…” ucap Ririn dengan terengah-engah sambil membunggukkan badannya, memegang lututnya.

“Kau ini! kan nanti aku akan membelikanmu coklat! Kenapa jadi loyo begini?” ujar Hyoseon

“Ya! Kau pikir tidak capek apa berjalan 3 km seperti ini?! Ah,ani. Joging 3 km, hah?! Joging kan hampir sama dengan lari. Hah..” keluh Ririn

“Hahaha kau memang pintar ya! Kau bisa tahu kita sudah 3 km joging! Tapi  masih lumayan kan daripada kusuruh lari!:) Kajja!”  ucap Hyoseon yang malah tersenyum dengan gampangnya.

Ririn pun hanya menatap dengan muka heran sekaligus kesalnya. Dan dilihatnya kakaknya sudah berlalu.

“Ya! Unnie! Tunggu akuuuu!!!” teriak Ririn.

Ririn pun mencoba untuk mengejar kakaknya itu. Tetapi, tanpa sengaja ia terselengkat oleh tali sepatunya sendiri. Ia tidak menyadari bahwa tali sepatunya lepas. Ririn pun terjatuh dengan sangat keras.

“Aw!” rintih Ririn.

“Aduh.. kakiku sakit sekali! Aw!” rintihnya sambil memegangi kakinya dengan posisi yang masih sama dari ia terjatuh.

Tiba-tiba seseorang namja berdiri di depannya.

“Ya! kau tidak apa?”

****
“Aaissh! Lain kali makanya hati-hati!” ucap Yoseob yang baru datang dari membeli obat merah,kapas dan plester.

“Mian..” ucap Ririn yang merasa malu.

“Baiklah, kemarikan kakimu!” ucap Yoseob.

Ririn yang sedang duduk di bangku taman itu pun menunjukkan kakinya yang terjatuh tadi. Dan Yoseob jongkok dibawah untuk mengobati luka Ririn. Digulungnya celana panjang training milik Ririn untuk mengobati luka di lututnya.

“Aish! Kau memang ceroboh ya!” ucap yoseob sambil mentutulkan obat merah ke lutut Ririn.

“Ne.. aku memang ceroboh.” Ucap Ririn yang sedikit cemberut.

“Aigoo” ucap Yoseob sambil menggelengkan kepalanya.

“Sudah selesai!” ucap yoseob sambil menepuk  plester yang ada di lutut Ririn.

“Aw! Ya! Oppa!” rintih Ririn.

Yoseob pun berdiri dari jongkoknya.

“Kalau begitu aku duluan ya! kau bisa kan berjalan sendiri kan?” ucap Yoseob.

“Ne.. :)” ucap Ririn yang juga berdiri dari duduknya.

“Kerrae, aku pergi dulu!” pamit yoseob kepada Ririn.

Ririn pun melihat yoseob yang berjalan membelakanginya. Ririn pun juga memutuskan untuk berjalan pulang ke rumahnya. Ia berjalan berlawanan arah dengan Yoseob. Dirasakannya kakinya yang masih sakit, sehingga ririn sulit untuk berjalan. Sambil sesekali merintih.

Yoseob yang sudah berjalan agak jauh dari tempat Ririn pun mencoba menengok  ke belakang, memastikan keadaan Ririn. Ketika itu dilihatnya Ririn yang berjalan agak pincang. Lantas ia pun berlari menyusul Ririn.

“Naiklah kepunggungku!” ujar Yoseob.

Ririn bingung melihat Yoseob sedang berjongkok di depannya, memberikan tumpangan.

“Ah, tidak usah oppa..” ucap Ririn sungkan.

“Sudahlah, tidak usah banyak bicara! Kau naik saja!” ucap Yoseob tegas.

“Baiklah kalau begitu oppa..”ucap Ririn yang lantas naik ke punggung Yoseob.

Yoseob pun berdiri sambil menggendong Ririn dan mengantarkannya pulang sampai rumah.

****
“Eh, ririn-a bagaimana ya?” batin Hyoseon.

“Ah, sudahlah. Nanti juga dia pulang sendiri.” Ucap Hyoseon dengan entengnya sambil memasuki rumahnya.


Cklek

“Aku pulaaang!” ucap Hyoseon.

****
“Oppa, kau bisa menurunkanku disini :)” ucap Ririn.

Tetapi Yoseob hanya diam saja dan justru mengantarkan Ririn masuk kedalam rumahnya.

“Annyeonghaseo!” sapa Yoseob melalui kamera pengawas. (kalo di drama2 suka ada kan rumah yang pake kamera kecil gitu bentuknya kotak plus ada micnya buat ngomong)

“Nuguseyo?” ucap omma Ririn dari dalam rumah sambil berjalan menuju monitor pengintai.

Dilihatnya omma Ririn muncul di monitor oleh Yoseob. Begitu pula sebaliknya, dilihatnya Yoseob yang muncul di monitor oleh omma Ririn. Karena omma Ririn sudah kenal dengan Yoseob, beliau pun langsung membukakan gerbang. Dan Yoseob pun masuk kedalam.


Cklek!

“Annyeonghaseo, omonim!”  ucap Yoseob dengan sedikit membungkukkan badannya. Dan kemudian berjalan menuju sofa untuk meletakkan Ririn.

“Ne, annyeonghaseo. aigoo.. ririn-a? kau kenapa?”

“Tidak apa omma :) Aku hanya lecet sedikit...” jawabnya lembut.

“Kau terjatuh?”tanya omma Ririn lagi.

Disela-sela itu Yoseob memeriksa kembali kaki Ririn. Karena dia pikir tidak mungkin hanya luka di lututnya itu Ririn sampai susah berjalan. Ia pun menekan pergelangan kaki Ririn.

“Aw! Sakit oppa!” amuk Ririn.

“Ya! Kakimu terkilir?” tanya Yoseob

“Molla..” Ririn mengangkat kedua pundaknya.

“Aissh! Kau ini! Kakimu ini terkilir makanya kau susah untuk berjalan.” Jelas Yoseob.

“Sesange.. Yoseob-ssi, memang ada apa dengan Ririn-a? Sampai-sampai kau bilang kakinya terkilir?” tanya
omma Ririn

Yoseob pun menjelaskan semua kejadian tadi kepada omma Ririn. Kemudian ia mengobati luka Ririn itu dengan memijat kakinya yang terkilir.

“Aw! Oppaaaa!!!”

“Tahanlah sebentar! Memang sakit rasanya kalau terkilir. Tapi nanti kau akan bisa berjalan dengan normal lagi. Maka dari itu, tahanlah sedikit.” Perjelas Yoseob.

“Baiklah..” ucap Ririn dengan terpaksa.

Kemudian tiba-tiba saja Hyoseon turun dari kamarnya dan mendapati adiknya dan Yoseob sedang ada di ruang tamu. Sementara omma Ririn pergi ke dapur meneruskan kegiatan masaknya.

“Oh, Ririn-a! Kau sudah pulang? Hah? Kenapa dengan kakimu?”

Ririn hanya menatap kakaknya dengan pandangan penuh amarah. Bisa dilihat bahwa ada aura api disekitar badannya. Hyoseon pun sedikit takut melihat adiknya yang seperti itu.

“Ww.. wae? kenapa kau melihatku seperti itu?” tanya Hyoseon ketakutan.

Ririn tidak berkata apa-apa,masih tetap dengan auranya apinya, sampai2 membuat suhu di ruang tamu itu panas.

Hyoseon kemudian mendekati adiknya itu, mengambil posisi yang sama dengan Yoseob. (duduk dibawah)

“Ririn-a, mianhae.. mm? Aku kan tidak sengaja meninggalkanmu. Kukira kau ada di belakangku. Mianhae saeng-a~”  ucap Hyoseon yang kemudian memeluk adiknya itu.

“Jangan marah lagi. Unnie sudah menyiapkan coklat yang baaanyak sekali di kamarmu, di kulkas dan juga di lemari dapur.” Bisik Hyoseon yang masih memeluk Ririn.

Mendengar kata COKLAT pun raut muka Ririn langsung berubah.

“Jinja??”

“Ne!” ujar Hyoseon menganggukkan kepala sambil tersenyum.

“Hmmm… baiklah, aku akan memaafkanmu. Lagipula memang salahku kenapa dari awal aku mau saja ikut kau joging. Lain kali aku tidak akan ikut lagi! Aku sudah kapok!” ucap Ririn yang kemudian menggembungkan pipinya.

“Gomawoooo saeng-a~” ucap Hyoseon smabil mencubit pipi Ririn.

“Noona!!! Sakit..” rintih Ririn

“Mian..” ucap Hyoseon mengelus-ngelus pipi Ririn.

“Oh,ya bagaimana kau bisa terkilir seperti ini?” tanya Hyoseon ke adiknya.

Kali ini Ririnlah yang menjelaskan semuanya ke kakaknya itu.

“Ooh, jadi begitu. Lain kali hati-hati makanya! Yoseob-a, gomawo! Kalau tidak ada kau aku tidak tahu bagaimana nasib adikku yang satu ini!” ujar Hyoseon yang kemudian mengacak-acak rambut Ririn.

“Ne! :) tenang saja! Ini bukan masalah kok!” ucap Yoseob sambil tersenyum simpul.

Ririn sangat tahu bahwa sebenarnya Yoseob sangat kerepotan menolong dirinya yang jatuh hanya gara-gara terselengkat tali sepatu. Ia tahu Yoseob hanya berpura-pura di depan kakaknya. Senyum itu pun juga termasuk. Terlihat seperti senyum yang dipaksakan.

****
“Baiklah, aku pergi dulu. Annyeonghaseo!” pamit Yoseob.

“Ne, gomawo Yoseob-a kau telah menolong anakku, Ririn-a..” ujar omma Ririn.

“Ah, ne omonim.. lagipula itu semua bukan apa-apa.. saya permisi!” ucap Yoseob.

“Gomapta oppa :)” ucap Ririn

Yoseob menganggukkan kepalanya.

Hyoseon, Ririn dan ommanya mengantarkan Yoseob sampai luar rumah mereka.

“Hati-hati yaaa! Annyeoong! :)” ucap Hyoseon sambil melambaikan tangannya.

 “Ne, annyeong :)” kata Yoseob sambil berlalu.


_To be continue_

Nisa R.I
24062011

Selasa, 21 Juni 2011

Nobody Does, Just You - part 3


Kriiiiiiiiiiing!!!

Bel sekolah berbunyi, menandakan kegiatan hari ini selesai. Murid-murid pun pulang ke rumah, termasuk Ririn. Ia pulang dengan mengendarai sepedanya. Ketika ditengah jalan, ia melihat Yoseob sedang duduk di salah satu bangku taman dekat situ. Ririn lalu menghentikan sepedanya tepat di depan Yoseob.

“Oppa! Annyeong!” sapa Ririn.

“Ne.. annyeong.” Jawab Yoseob dengan nada malas.

“Oppa, sepertinya kau lesu sekali. Bagaimana kalau kau ikut aku? Ayo naik!” ucap ririn yang menawarkan tumpangan.

“Tidak perlu.” Ucap yoseob.

Ririn kemudian turun dari sepedanya sambil menghela nafas dan menurunkan standar sepeda. Ia lantas duduk disebelah yoseob.

“Ya! kenapa kau duduk disini?” tanya yoseob

“Kenapa memang? Tidak boleh?”

“Ani, hanya saja… hah, sudahlah. Terserah kau saja. Aku duluan!” ucap yoseob dengan nada sedikit kesal.

Yoseob pun beranjak dari duduknya.

“Ya! oppa! Tunggu aku!”keluh ririn.

Melihat itu ririn pun menyusul yoseob dengan sepedanya. Posisinya pun sudah setara dengan yoseob.

“Oppa, ayolah!”

Tetapi yoseob terus saja berjalan tanpa merespon ajakan dari ririn.

“Oppa! Kalau kau tidak mau ikut, akan kubilang ke unnie!” gerutu ririn dengan sedikit mengancam.

“Ya! Kau ini!”

Ririn hanya tersenyum dan menatap yoseob. Yoseob pun akhirnya mengalah dan memilih ikut dengan ririn.

“Aah, baiklah! aku ikut aku ikut!” ucap yoseob yang kemudian duduk di boncengan sepeda.

“Kau puas?!”

Ririn hanya tertawa melihat yoseob yang seperti itu. Ririn pun mengayuh sepedanya dengan cepat.

****
Ririn menghentikan sepedanya.

“Kita sudah sampai!” ucap Ririn

Yoseob pun langsung turun dari boncengan sepeda.

“Untuk apa kita kesini-sungai han-?”

Ririn memarkirkan sepedanya dan duduk di salah satu bangku taman.

“Kau bisa melihat pemandangannya yang indah dan merasakan hembusan angin yang sejuk.” Ucap Ririn
sambil memandangi sungai han dan menikmati hembusan angin.

Yoseob memandang Ririn sedikit bingung tetapi kemudian dia pun duduk di sebelah Ririn.

“Haah.. kau benar. Kita bisa MEMANDANGI SUNGAI DAN MERASAKAN HEMBUSAN ANGIN. Kalau itu saja aku juga tahu!!” ucap Yoseob yang sedikit menekankan kata tersebut.

“Kau juga bisa melakukan yang lain. Seperti ini..”

“Aaaaaaaaaaaa~” teriak Ririn

“Cobalah!” ucap Ririn kepada Yoseob.

Yoseob agak sedikit ragu untuk melakukannya. Ia pun berusaha mencobanya.

“Aaaaa” teriak yoseob pelan.

“Ya! Kau ini namja atau yeoja?! Lebih keras sedikit!”

“Aaiish! Arasseo arasseo! Aku akan mencobanya lagi.”

“Aaaaaaaaaaaaa~!!!!!” 

Kali ini teriakan Yoseob sangat keras. Bahkan sampai-sampai Ririn sedikit heran melihatnya. Karena Yoseob mengeluarkan semua unek-uneknya, sehingga teriakannya terdengar seperti amarah bagi Ririn.

Yoseob pun kembali meneriakkan unek2nya.

“Huaaaaaaaaaaa~”

Kali ini Ririn tersenyum geli serta puas melihatnya. Melihat Yoseob yang sepertinya sudah mengerti maksud dari Ririn melakukan itu. ririn bermaksud agar Yoseob bisa mengeluarkan kesedihannya dengan cara seperti itu. melihat Yoseob yang masih terus berteriak, Ririn pun mengikutinya. Kali ini mereka malah jadi sahut-sahutan.

“Oppaaaaaaaaaaa~” teriak ririn.

“Waaaaaaaaeeeeeeeee~” teriak yoseob yang sekaligus bertanya.

“Gwenchanaaaaaaaaa~” kali ini ririn yang bertanya.

“Ne, gwenchanayooooo~” jawab yoseob

“Jinjaaaaaaaa~?” tanya ririn sekali lagi memastikan.

“ Neeeeeeeee~” jawab Yoseob tegas.

“Baiklah kalau begituuuu~ jika kau sedang sedih, kau bisa kesini dan melepaskan semua kesedihanmuu~” teriak Ririn.

“Neeeee, aku akan kesiniii! Terima kasih sudah memberitahukannyaaa~ Gomawoooo~”

Mereka berdua pun selesai menyampaikan unek-uneknya kepada hamparan sungai han yang jernih itu. selesai bersahut-sahutan, mereka pun mendesah karena kelelahan. Dan tersenyum satu sama lain. Senyum Rirn makin mengembang ketika mengetahui Yoseob tersenyum di depan matanya. Karena biasanya pria yang satu ini selalu saja jutek di depannya.

“Hahaha, kau sudah puas melampiaskannya” tanya Ririn

“Ne, aku sangat puas. Gomawo J

“Nee ^^”

“Baiklah, ayo kita pulang! Sudah mau malam.”

“Ne.”

Ketika ririn menaikkan standar sepedanya, tiba-tiba Yoseob memegang gagang sepeda ririn.

“Kau duduklah di boncengan, aku yang akan memboncengimu.” Ucap Yoseob.

“Oh, baiklah! ^^”

Yoseob pun duduk di sepeda, disusul dengan Ririn.

“Oke, apa kau sudah siaap?” ucap Yoseob dengan

“Ne, aku siaaap!”

“Berangkat!!!” ucap Yoseob dan Ririn bersamaan.

Di sepanjang perjalan Yoseob dan Ririn pun menikmati hembusan angin yang sejuk. Mereka pun tersenyum dengan gembira.

Ririn dan Yoseob pun sampai di depan rumah Ririn. Mereka berdua turun dari sepeda. Yoseob pun pamit ke Ririn dan pulang dengan berjalan kaki.

“Hati-hati yaa!” ucap Ririn yang melambaikan tangannya ke Yoseob.

“Ne, kau tidak usah khawatir!” ucap Yoseob dengan gaya coolnya melambaikan satu tangannya sambil terus berjalan kedepan.


_To be continue_

Nisa R.I
21062011

Nobody Does, Just You - part 2


“Ah, saeng-a kau yakin, tidak mau kami antar?”ucap Hyoseon.

“Iya, lagipula aku juga tidak keberatan kok J” ucap Gikwang.

“Gomawo,unnie, gikwang oppa. Tapi aku bisa naik bis kok! J”ujar Ririn

“Ah, cheongmal?”ucap Hyoseon.

“Mmm” Ririn mengangguk.

“Baiklah kalau gitu. Saeng-a~ hati-hati ya! >.<”

Hyoseon memeluk adiknya itu dengan gemas. Terlihat raut wajah ririn yang mulai pucat karena sesak napas.

“Jagiya! Hentikan. Nanti adikmu bisa kehabisan napas.” ujar Gikwang.

“Ah, benarkah? Mianhae, saeng-a. Lagi-lagi aku kelepasan. Habis kau sangat manis.” Ucap hyoseon sambil melepas pelukannya.

“Hahaha, kau ini ada-ada saja jagi” Gikwang tertawa kecil.

“Baiklah, aku pergi dulu ya! Annyeong!” pamit Ririn.

“Ne, hati-hati!” ucap Gikwang dan Hyoseon sambil melambaikan tangannya.

Sementara yoseob hanya memperhatikan Ririn yang berjalan membelakanginya. Setelah Ririn sudah
menjauh, Hyoseon masuk kedalam mobil Gikwang, sementara Gikwang masih diluar menunggu Yoseob masuk mobil.

“Ayo cepat masuk!” ucap Gikwang

“Tidak usah, aku mau mampir dulu ke suatu tempat. Kau pulang saja duluan.”ucap Yoseob sambil tersenyum.

“Benarkah? Baiklah kalau begitu.”

Gikwang masuk mobil, menstarter mobilnya dan membuka kaca mobil.

“Aku duluan ya! J”ucap gikwang.

“Ne, hati-hati!”ucap yoseob.

“Annyeong! J” hyoseon melambaikan tangannya.

Yoseob pun juga ikut melambaikan tangannya bersamaan dengan itu kaca mobil telah ditutup dan mobil itu berlalu begitu saja. Setelah melihat mobil itu berlalu, yoseob pun berbalik dan berjalan menuju tempat yang di tuju.

****
“Annyeong!”

“Oh, ririn-a. kau sudah datang.” Ucap eunhyuk.

“Ne oppa.”

“Hei, aku baru pertama kali melihat rambutmu di kepang seperti itu. hahaha”

“Ne.. aku memang seperti ini kalau biasanya. Tapi tiap kali berlatih dance denganmu aku akan membukanya.
Karena sangat tidak enak kalau dikepang.” Ucap ririn sambil melepaskan kepangannya.

“Tapi menurutku kau lebih cantik kalau rambutmu digerai. Kenapa tidak digerai saja rambutmu setiap harinya?” ucap Eunhyuk.

“Aku juga tidak tahu kenapa. Aku lebih suka dikepang, karena sudah sejak kecil ibu sering mengepangku. Dan kalau lagi di rumah dan dance saja aku menggerainya.” Ujar Ririn

“Hahaha kau ini. baiklah ayo kita mulai latihannya.” Ucap Eunhyuk

“Ne!”

Ririn dan eunhyuk pun memulai hobi mereka, yakni dance. Mereka tidak sedang di kursus dance, mereka hanya ngedance untuk kesenangan dan sesekalai mengikuti kompetisi jalanan. Awalnya memang mereka mengikuti kursus, tetapi sekarang mereka sudah menjadi profesional. Mereka menyewa studio untuk melatih dance mereka.

Sudah sekitar 30 menit mereka berlatih, mereka pun beristirahat. Eunhyuk menelentangkan tubuhnya di lantai, diikuti ririn di sebelahnya. Dengan nafas yang masih terengah-engah. Eunhyuk membuka sedikit kausnya, hingga absnya terlihat. Mereka berdua pun mengobrol dengan saling menatap satu sama lain.

Ditengah-tengah obrolan mereka, tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu. Mereka pun langsung bangun dan eunhyuklah yang membukakan pintu. Sementara ririn berjalan mengambil minuman.

Cklek

“Oh! Aku tidak menyangka kau akan kesini. Ada apa memangnya?” ucap eunhyuk sambil mempersilahkannya masuk.

Yoseob pun masuk ke dalam dan dilihatnya seorang yeoja yang sedang berdiri membelakanginya.

“Hyung, dia yeoja chingumu?”tanya Yoseob

“Ah,ani. Dia temanku di kursus dance. Dia sudah kuanggap sebagai adik sendiri.” Ujar Eunhyuk

“Ooh..”

Eunhyuk berjalan ke arah ririn. Sementara yoseob duduk di belakang.

“Ririn-a!” panggil Eunhyuk

Ririn yang sedang meneguk air, langsung menghentikannya.

“Ne oppa?” sahut Ririn

“Aku mau mengenalkanmu pada adik kelasku.” Ucap Eunhyuk

“Oh, baiklah oppa.”

Eunhyuk dan Ririn berjalan menuju tempat yoseob duduk.

“Yoseob-a, kenalkan ini-”ucapan Eunhyuk yang belum selesai di potong dengan omongan Ririn.

“Oppa?!” ucap Ririn dengan terkejut

“Kau? Ririn adiknya Hyoseon?!” ucap Yoseob yang juga terkejut

Yoseob heran melihat ririn berbeda dengan ririn yang tadi ia temui. Hanya kacamatanya sajalah yang dapat dikenali oleh yoseob. Sementara Ririn menggigit bibirnya, karena ia belum pernah memperlihatkan penampilannya yang seperti itu ke orang lain, kecuali eunhyuk dan kakaknya tentu saja.

“Waah, kalian sudah saling kenal rupanya?” ucap Eunhyuk

“Ah, iya oppa. Dia teman kakakku. Tadi aku baru saja bertemu dengannya di bioskop.” Ujar Ririn

“Ooh, begitu. Oh,ya yoseob-a kau ada apa kemari?” tanya Eunhyuk

“Ah, itu…” ucap Yoseob

Tiba-tiba Eunhyuk ingat sesuatu.

“Ah- tunggu sebentar! Aku akan kembali oke?” ucap eunhyuk yang pergi begitu saja.

Ririn dan yoseob ditinggal berdua di studio. Ririn pun memulai pembicaraan.

“Oppa, kau heran ya? Melihatku yang seperti ini?” tanya Ririn.

Yoseob mengangguk.

“Kau sangat berbeda. Kalau kau tidak memakai kacamatamu, aku tidak akan tahu kalau itu kau.”

Suasana hening sejenak, baru setelah itu ririn memulai pembicaraan lagi.

“Oppa…”

“Ne?” ucap Yoseob

“Apa kau…. Menyukai kakakku?” tanya Ririn.

Yoseob sangat kaget mendengar ucapan ririn barusan. Dia hanya diam, tidak menjawab apa-apa.

“Aku bisa melihatnya dari sorot matamu…” ucap ririn sambil sedikit melamun.

“Ah, sudahlah lupakan saja! Tidak perlu kau jawab pertanyaanku tadi! Hahaha” ucap Ririn yang sudah sadar dari lamunannya.

“Ne, kau benar. Aku menyukainya. Aku menyukai kakakmu.” Ucap yoseob dengan serius kemudian memalingkan wajahnya kearah ririn.

Ririn pun membalasnya dengan senyum. Yoseob sedikit heran. Karena yoseob mengira bahwa Ririn akan simpati kepadanya dengan mengucapkan; ‘oppa, kau pasti terluka?’ atau semacamnya. Tapi kini yang ia lihat adalah senyuman yang tulus. Seperti memberitahunya untuk tidak putus asa.

“Terima kasih kau sudah mau menjawabnya oppa. Dan maaf aku sudah terlalu lancang menanyakan itu.” ucap Ririn

“Ne.. gwenchanayo..” ucap yoseob sambil sedikit mendesah, merilekskan badannya yang sedikit tegang.

“Oppa, bagaimana kalau kita main games? Biar tidak terlalu canggung.” Usul Ririn

“Baiklah”

“Kai baik bok!”

“Yay! Aku menang! Oppa, telungkupkan badanmu.” Ujar Ririn

“Arasseo!” ucap Yoseob yang sedikit kesal karena kalah

“Indiaaan rice!”

“Ah. Appo!” keluh Yoseob

“Salah sendiri kau kalah! :P”

“Aissh, kau! Baiklah sekali lagi!” ucap Yoseob tak mau kalah.

Tetapi, ditengah-tengah mereka bermain…

Cklek

“Annyeong~” sapa Eunhyuk yang sudah kembali.

Melihat Eunhyuk datang, Yoseob dan Ririn menghentikan permainan mereka.

“Ya! Oppa! Kau lama sekali sih kemana saja?” ucap Ririn yang masih tetap di tempat duduknya .

Eunhyuk hanya tersenyum. Ia berdiri di depan pintu sambil mengeluarkan seusatu.

“Jajaaaan!!! ”

“Waah.. Toppokkiiiiiiii!!!!” ririn pun langsung berlari menuju eunhyuk.

“Gomawo oppa!” ucap ririn sambil mencubit pipi eunhyuk dan mengambil toppokki dari tangan eunhyuk.

Mereka bertiga pun duduk dan memakan toppokkinya, sambil mengobrol dan sesekali bercanda.

****
“Baiklah, aku duluan ya!” pamit yoseob.

“Ne.” jawab eunhyuk dan ririn bersamaan.

“Annyeong oppaa! Hati-hati di jalan!” ucap ririn sambil melambaikan tangannya ke yoseob yang berjalan mebelakanginya.

Yoseob melambaikan satu tangannya dengan yang satu tangannya lagi dimasukkan di saku. Ia melambaikan tangan membelakangi Eunhyuk dan Ririn.

Setelah dilihatnya yoseob berlalu, Ririn dan Eunhyuk pun berjalan pulang berlawanan arah dengan Yoseob.

Seperti biasa, Eunhyuk selalu mengantarkan Ririn pulang sampai depan rumahnya.

_To be continue_

Nisa R.I
21062011

Nobody Does, Just You


“Ririn-a, bagaimana? Baguskah?” Hyoseon meminta pendapat adiknya mengenai penampilannya kali ini.

Ririn menganggukkan kepalanya sambil tersenyum,

Nomu yeppo unnie! XD”

Keurrae? Gomawo saeng-a~” Hyoseon memeluk erat adiknya.

“Aah,sudah unnie. Aku sesak napas nih!” Ririn berusaha melepaskan pelukan kakaknya.

Mendengar itu Hyoseon langsung melepaskan pelukannya.

“Ah, mianhae saeng-a.. sepertinya aku terlalu bersemangat!”ujar Hyoseon.

“Memang..”jawab Ririn dengan entengnya.

“Hahaha baiklah kajja!” ajak Hyoseon.

Ne!” ucap Ririn.

Hyoseon dan Ririn adalah dua kakak adik yang sangat berbeda, tetapi keduanya sama-sama cantik.
Hyoseon selalu berpakaian modis, memakai sepatu hak, memakai make up dan rambut panjangnya digerai. Ririn sendiri , dia tidak begitu peduli dengan penampilannya, apalagi dia paling tidak suka memakai make up dan sepatu hak, ia memilih untuk mengepang rambut panjangnya itu, dia juga memakai kacamata. Tapi penampilan Ririn akan berbeda kalau dia sudah dihadapi dengan hal-hal yang berbau dance. Meskipun penampilannya terlihat sedikit cupu, tetapi dia adalah orang yang supel.

Kakak beradik tersebut  berangkat menuju bioskop untuk menonton film. Hyoseon dan Gikwang sudah berjanji untuk menonton film bersama. Ririn ikut karena dia ingin menemani kakaknya sebentar di bioskop jikalau Gikwang belum datang.

****
Sesampainya di bioskop…..

“Oh, jagiya kau sudah datang?” ucap Hyoseon

“Ne, aku tidak mau yeojaku ini menunggu,” ucap Gikwang sambil mencubit pipi Hyoseon pelan.

“Aku kira aku yang datang terlebih dulu makanya aku membawa adikku,” ujar Hyoseon.

“Ah, begitukah. Aku juga mengajak Yoseob untuk menemaniku,” ucap Gikwang.

Unnie, karena kau sudah bertemu dengan Gikwang oppa, aku pergi dulu ya!” ucap Ririn.

“Iya, aku juga mau pergi.” Yoseob ikut bebrbicara.

“Tunggu sebentar! Bagaimana kalau kita menonton bersama saja?” usul Gikwang.

“Ah, ide bagus jagi. Ayolah, Ririn. Lagipula acaramu kan tidak terlalu penting, bagaimana?” rayu Hyoseon.

“Hmmm.. bagaimana ya? Aku kan tidak mau menganggu kalian..” goda Ririn ke kakaknya.

“Ya! Kau ini. Tentu saja tidak akan menganggu. Bagaimana? Yoseob, bagaimana denganmu? Ayolah, kalian berdua,” pinta Hyoseon.

Ririn menghela napas panjang dan setelah itu berkata,

"Baiklah kalau itu maunya unnie. Aku ikut.” Ucap Ririn dengan nada terpaksa.

“Terserah kalian sajalah,” Yoseob menurut.

“Aku tahu kalian pasti akan setuju, hahaha. Oh, ya Yoseob. Kau belum kenal dengan adikku kan? Dia
namanya Ririn. Ririn, ini Yoseob oppa, teman kakak.”

“Ah, annyeonghaseo oppa.” Ucap ririn sedikit membungkukkan badan.

“Ah, annyeonghaseo Ririn-ssi.” Yoseob balas membungkuk.

****
..............
****
Hyoseon ketakutan menontonnya. Tapi karena ada Gikwang disampingnya, Hyoseon jadi tidak begitu ketakutan lagi. Kerap kali Hyoseon memeluk Gikwang apabila ada adegan yang menakutkan. Yoseob yang melihat kearah mereka, diam-diam hatinya terasa perih. Ya, Yoseob memang menyukai Hyoseon. Tapi karena Hyoseon menyukai sahabatnya, Gikwang, Yoseob mengalah. Meskipun rasa sakitnya tidak bisa dipungkiri.

Sementara itu, Ririn yang juga merasa sangat ketakutan, tidak henti-hentinya memakan popcorn miliknya. Sampai-sampai bisa dilihat oleh Yoseob, ririn menggenggam popcornnya dengan sangat kuat, bisa dibilang hampir teremas. Tetapi Yoseob hanya melihat ririn sebentar dan malah memejamkan matanya sambil melipatkan kedua lengannya di dada. Ia melakukan itu karena tidak mau melihat Hyoseon dan Gikwang. Sekarang gantian Ririn yang melihat Yoseob. Karena sedari tadi Ririn perhatikan tidak ada gerak-gerik dari oppa yang satu itu. ririn pun melihat kearah Yoseob dan didapatinya Yoseob yang sedang tidur.

“Ya! Kenapa Yoseob oppa malah tidur? Dasar aneh..” Ririn menggelengkan kepalanya.

Ketika ririn sedang berbalik kearah layar, di dapatinya adegan yang seram. Lantas, secara spontan ririn langsung menenggelamkan kepalanya di lengan Yoseob. Yoseob pun ikut terbangun. Menyadari itu, ririn langsung kembali ke posisinya semula.

Mianhae oppa, aku tidak sengaja..”

Ne,gwenchanayo,” ujar Yoseob.

Yoseob pun kembali memejamkan matanya. Kali ini ririn melihat kearah layar di depannya. Tanpa sadar, air mata Yoseob jatuh di pipinya. Dan tidak sengaja terlihat oleh Ririn. Ririn pun berusaha menghapus air mata itu dengan tangannya. Yoseob merasakan sentuhan lembut di pipinya dan lagi-lagi terbangun karenanya. Ririn tersentak melihat Yoseob terbangun lagi. Ia lantas menarik tangannya. Yoseob lantas menghapus sisa air matanya, lalu menatap Ririn. Ririn yang tahu maksud dari tatapannya itu langsung berkata,

“Tenang oppa, aku janji tidak akan memberitahukan unnie ataupun Gikwang oppa.”

“Benarkah, kau janji?”

Ne..”

Tapi Yoseob masih belum bisa mempercayai janji Ririn itu.

“Baiklah, kalau kau masih tidak percaya”

Ririn lantas mengeluarkan jari kelingkingnya, untuk meyakinkan yoseob bahwa dia akan menepatinya. Yoseob masih ragu-ragu untuk ikut melingarkan jari kelingkingnya juga. Tapi akhirnya ia pun melingkarkannya.

“Kau janji?” ucap Yoseob.

“Aku janji” ucap Ririn sambil menempelkan jempolnya ke jempol Yoseob.

_To be continue_

Nisa R.I
21062011

Sabtu, 11 Juni 2011

Always Be With You


Seusai sekolah, aku harus mengerjakan berkas2 ini untuk di tanda tangan. Setelah selesai aku keluar mencari udara segar untuk membaca novel. Aku duduk di salah satu bangku, meletakkan kedua earphone ditelingaku, sambil memegang novel dan membacanya.
Tiba-tiba saja air mata shiyori menetes, membasahi buku yang sedang di bacanya. Ia teringat akan seseorang yang sangat di cintainya, Ruka, kakak laki-laki Shiyori.

*Flashback*
“Shiyori, aku mau pergi ke suatu tempat. Kau mau ikut?” ajak Ruka kepada adiknya. Shiyori pun mengangguk sambil tersenyum.
“ayo!” kata Ruka sambil menggandeng tangan adiknya.
Mereka berjalan ke tempat yang mereka tuju. Di tempat itu terdapat tulisan ‘PANTI JOMPO’. Tempat itu merupakan tempat yang asing bagi Shiyori. Karena ini adalah kali pertama ia datang ke panti jompo. Sementara kakaknya sering berkunjung ke sini, untuk menghibur para lansia.
Pergi ke panti jompo menjadi rutinitas baru bagi Shiyori. Sampai pada suatu saat…
“nii-chan..”
“ada apa?”
“dingin..”
“aah- pakailah jaketku dulu” kata Ruka sambil melepas jaketnya dan memakaikannya ke Shiyori.
“arigatou J
“baiklah, ayo! Kita harus cepat2 pulang, karena sudah malam dan kau sudah mulai kedinginan.” Kata Ruka sambil merangkul adiknya.
“hmmm!”
Mereka pun mempercepat jalan mereka. Ketika mereka sedang mengobrol, tiba-tiba terdengar suara klakson yang nyaring. Dan suara klakson itu mengarah ke seorang anak kecil yang sedang berlari di zebra cross. Ruka pun langsung berlari menuju penyebrangan jalan untuk menyelamatkan anak itu. Anak kecil itu selamat, tapi nyawanya-ruka-sendiri menjadi taruhannya. Air mata Shiyori pun tak terelak kan lagi. Semenjak kejadian itu, sikap Shiyori berubah.
*end of flashback*

Shiyori melihat ke arah zebra cross. Disana, ia melihat ada seorang pria sedang membantu seorang nenek menyebrang jalan. Persis seperti yang biasa dilakukan kakaknya dan dirinya dulu. Shiyori pun kembali menundukan kepalanya. Laki-laki itu berjalan menuju ke taman.
Lelaki itu duduk disampingnya. Isak tangis Shiyori terdengar oleh lelaki itu. Lantas, lelaki itu bertanya kepada Shiyori. “ah-sumimasen, genki desuka ?”
“hiks…hiks…hiks…” suara isakan Shiyori makin terdengar jelas.
“sudah, sudah.”
“heeee...eeee…”  orang-orang di sekitar memperhatikan mereka.
“sudah, sudah. Kumohon, berhentilah menangis. Nanti orang2 mengira aku yang menangisimu.” 
“heeeee…. eeee…” Lelaki itu sudah bingung harus bagaimana. Karena orang2 melihatnya dengan tatapan tidak senang.
“ah, baiklah. Bagaimana kalau kubelikan es krim?”
****
“ini!” lelaki itu menyerahkan es krim ke Shiyori.
“aah.. domo…”
“hai! J
“hmm.. maaf ya sudah merepotkanmu.. aku tidak tahu kalau ada kau” Shiyori merasa bersalah atas kejadian tadi.
“ya, tidak papa. Oh, ya. Kenalkan, namaku Takeru. Yamamoto Takeru.” Katanya sambil mengulurkan tangannya.
“namaku Shiyori. Yamada Shiyori.” Kami pun berjabat tangan.
“Ngomong-ngomong, kenapa tadi kau menangis?”  tanya laki2 itu.
“aku teringat  onii-chanku..”
“ooh.. memangnya ada apa?”
“onii-chanku meninggal ketika menolong seorang kakek yang sedang menyebrang jalan…”
“ah, maaf. Seharusnya aku tidak menanyakannya.”
“tidak papa. Lagi pula-”
Trrrt.. trrt
Handphoneku berbunyi. Aku mengangkatnya. Dan ternyata itu panggilan dari kepala pelayan yuri  bahwa aku di suruh segera pulang. Karena katanya aku harus menghadiri pertemuan.
****
“maaf, aku harus segera pulang karena ada urusan. Permisi!” katanya sambil berlalu.
Dia-shiyori- menengok kearahku dan berkata,
“oh, ya! Terima kasih atas es krimnya!”
“Ya, sama-sama!”
Dia pun masuk mobil, didampingi dua bodyguardnya.
Trrrt.. trrrtt
Sekarang giliran hpku yang berbunyi. Aku pun mengangkatnya.
“moshi moshi?”
****
Sampai di rumah, aku langsung berganti baju dan berangkat menuju tempat pertemuan. Sampai di gedung kulihat ayah yang sedang mengobrol dengan rekan bisnisnya. Aku berjalan ke arahnya,
“oh, kau sudah datang!”
“waah.. mr. yamada, siapa wanita cantik ini?”
“kenalkan, ini putriku, Shiyori.”
****
Acaranya pun dimulai. Penyelanggara acara memasuki ruangan. Kami pun, para peserta berdiri. Aku melihat seseorang yang tidak asing bagiku. Ah, benar! Seseorang yang kutemui di taman tadi. Apa benar itu dia? Sepertinya tidak mungkin.   Mataku terbelalak ketika ia memperkenalkan dirinya kepada semua orang,
“Perkenalkan, nama saya Yamamoto Takeru. Senang bekerja sama dengan kalian.”
Ternyata orang yang kutemui tadi merupakan CEO dari sebuah perusahaan jepang internasional. Setelah selesai menyampaikan sambutan, mr.yamamoto dan ayahku saling bercengkrama. Rupayanya mereka sahabat baik, ketika di amerika.
“mr. yamada, kenalkan ini putraku, Takeru.”
“ah,jadi kau Takeru. Oh, ya kenalkan ini putriku-”
“ah- shiyori-san...”
“ Kalian sudah saling kenal?”
Aku mengangguk pelan.
“Baguslah kalau begitu.” kata mr.yamamoto.
“Baiklah, kalian kami tinggal dulu ya. Mari, mr. yamamoto!” ajak ayahku kepada mr.yamamoto.
Aku dan Takeru mengangguk. Kami pun keluar ruangan untuk mengobrol.
“aku tidak menyangka kalau kau ini seorang CEO terkenal.”
“kau juga kan!”
“ ya, memang. Tapi perusahaanmu adalah perusahaan internasional.”
“haha. Setiap orang yang kenal denganku pasti bilang begitu.”
“ kau ini mirip kakakku…”
Dia sepertinya agak terkejut ketika aku membahas tentang kakak.
“ memangnya seperti apa kakakmu itu.”
“dia sepertimu. Sederhana, ramah dan suka menolong..”
“memangnya aku seperti itu?”
“mmm! kau itu orang yang sederhana.”
“hahaha. Kau bisa saja. Kalau kau mau kau bisa menganggapku sebagai kakakmu.” Katanya sambil tersenyum.
“benarkah? Hahaha. Baiklah, mulai sekarang kau adalah kakakku. Hahaha..” kataku dengan nada canda.
****
Tidak terasa acara sudah selesai. Aku pun pamit ke shiyori dan mr. yamada. Kami saling membungkukkan badan dan masuk kedalam mobil. Sepertinya shiyori mengira ucapanku tadi itu hanya bercanda. Padahal aku serius tentang itu.   Sigh~ Ruka…
****
Hari berganti hari. Persahabatan diantara Shiyori dan Takeru pun terjalin dengan baik. Takeru jadi sering menjemput Shiyori  pulang sekolah.
“ shiyori-chan!” katanya sambil melambaikan tangannya.
“oh- kau sudah datang!”
“ayo naik!”
“mm!”
****
“tadaimaaa!”
“okaerinasai, shiyori-sama, takeru-sama.”
Bibi kepala pelayan menyambut kami dengan ramah. Kami pun naik ke atas menuju ruang kerja shiyori.
“ Takeru-chan. Kau tunggu di ruang kerjaku dulu ya! Aku mau ganti baju dulu.”
“mm.”
Aku pun masuk ke ruang kerjanya. Aku melihat2 isi ruangan itu. Foto-foto shiyori dengan keluarganya. Dan juga…
Foto seseorang yang amat di sayangi shiyori. Ku pegang foto itu.
“sudah lama aku tidak melihatnya..”
Cklek!
“ maaf membuatmu menunggu!”
Shiyori pun datang. Aku menoleh ke arahnya sambil tersenyum.
“aah, kau sudah selesai! ”
“ mmm! ada apa kau memegang foto kakakku?” tanyanya sambil  berjalan kemudian duduk di kursinya.
“ Aaah. Tidak apa-apa. Aku hanya sedang melihat2 foto2 disini.”
Aku pun menaruh foto itu kembali. Sedangkan shiyori dengan asyik mengerjakan pekerjaan di kursinya. Aku menghampirinya.
“ Waah.. kau mengerjakan semua ini setelah pulang sekolah?” kataku sambil memegang lembaran2 tersebut.
“ Tidak juga. Aku mengerjakannya di kala ada waktu senggang.” 
“ Pasti berat mengerjakan pekerjaan orang dewasa, sedangkan kau masih sma.”
“ Tidak juga. Aku merasa ini mudah J
“ Oh iya, aku lupa kalau kau ini jenius.” Kataku sambil mengelus-elus kepalanya. Ia pun tersenyum, matanya menyipit.
 Sejam kemudian…
“aaaahhh~! Akhirnya selesai juga!”
“ heiii.. memang benar jenius..!”
“ kau bilang apa?”
“ tidak.. bukan apa-apa.” kataku
“eh, kau mau ikut denganku?”
 ****
“ rumah sakit??”
“untuk apa kita kesini?”
“apa kau sakit?”
Shiyori terus melontarkan pertanyaan2. Ia heran mengapa aku mengajaknya kesini.
“lihat saja, nanti kau juga tahu.” Aku menggandengnya sambil tersenyum geli.
Cklek!
“ halo semuaa!”
“waah, nii-chan!”
Anak2 itu menghampiri Takeru. Takeru pun jongkok dan memeluk mereka.
“ jadi… kau mengajak ku kesini untuk menghibur anak-anak ini?”
“ hai.”
“ Ok, kalau begitu aku juga ikut membantu!”
“ domo, arigatou!”
“mmm!”
Takeru memainkan gitarnya dengan di kelilingi oleh anak2 yang mengidap kanker otak tersebut. Shiyori juga ikut duduk bersama anak-anak itu. Melihat Takeru yang sedang memainkan gitarnya, Shiyori teringat tentang masa lalu. Sewaktu ia dan kakaknya sering berkunjung ke panti jompo dulu.  Selesai menghibur anak-anak tersebut, Takeru pun mengantarkan Shiyori pulang dengan mobil.
***
“shiyori-chan..”
“hai,ada apa?”
“aku ingin mendengarka kau bernyanyi. Maukah kau menyanyi untukku sekarang?”
“sekarang? Di mobil?”
“hai!”
“aah, tapi suaraku tidak sebagus kau. Lain kali saja, ok? Aku janji, mm?” kata shiyori sambil menujukkan jari kelingkingnya.
“benar?”
“mm!”
“baiklah kalau begitu. Kau harus menepatinya!” kata Takeru melingkarkan jari kelingkingnya ke jari kelingking shiyori.
“pasti!”
****
“kau tidak mau masuk dulu, takeru-chan?”
“tidak usah, aku masih harus mengerjakan pekerjaanku.”
“baiklah kalau begitu. Arigatou gozaimasu!”
“mmm. Kau masuklah dulu.”
“hai. hati-hati di jalan ya!”
Melihat shiyori sudah masuk rumah, takeru pun pergi dengan mengendarai mobilnya. Sebelum pulang kerumahnya, Takeru  pergi ke toko bunga untuk membeli bunga kamboja dan setelah itu pergi ke suatu tempat.
“ sudah lama tidak bertemu. Bagaimana keadaanmu di surga sana?”
Ia pun duduk di depan pusara yang bertuliskan, ‘Ruka Yamada’.
“ ruka, ternyata adikmu sudah tumbuh besar dan juga sangat cantik. Oh, ya. Aku tidak tahu apakah aku bisa terus menepati janjiku padamu. Melihat kondisiku yang seperti ini. Haah…  ruka, maaf aku tidak bisa menemanimu lebih lama. Karena aku masih ada kerjaan yang harus kukerjakan. Konbanwa! Aku pergi dulu..”
****
2 minggu kemudian..
Tok tok tok
“masuk” shiyori mempersilahkan pelayannya untuk masuk.
“ada apa?”
“nona, kepala pelayan dari keluarga yamamoto sedang menunggu anda di bawah.”
“memangnya ada apa dia datang kesini?”
“katanya ini tentang takeru-sama..”
Shiyori terdiam sejenak. Mengingat takeru yang pergi tanpa kabar selama dua minggu ini, ia pun segera menyanggupi kunjunga dari takeda-san.
“ah, baiklah. aku segera turun.”
***
“takeda-san, ada apa dengan takeru?”
“saya kemari untuk memberikan ini kepada nona..”
“apa ini?”
“itu surat yang ditulis untuk nona. Silahkan nona baca..”
Shiyori membukanya dan membaca selembar surat itu.
Dear, my Shiyori..
Maaf, aku tidak memberikan kabar selama ini. Aku pergi ke Amerika untuk urusan bisnis. Dan karena jadwalku yang padat, aku baru bisa memberitahumu sekarang. Oh, ya! Dan sepertinya aku akan kembali dalam waktu yang tidak sebentar. Atau mungkin… aah, tidak bukan apa-apa. Tapi tenang saja! Aku pasti akan kembali! Pasti! Aku harap kau baik-baik saja disana tanpaku. Jangan lupa makan, istirahat yang cukup dan kuharap kau bisa menggantikanku menghibur anak-anak yang ada di rumah sakit. Baiklah, hanya segini yang bisa kusampaikan. Sekali lagi, jagalah dirimu baik-baik!
Your dearest friend,
Takeru
Melihat isi surat itu shiyori hanya bisa tersenyum karena ia sangat mengerti kalau itu untuk urusan bisnis. Ia pun melipat kertas itu. Dan melihat kearah kepala pelayan takeda.
“tunggu sebentar!”
Shiyori berlari menuju ruang kerja ayahnya, mengambil secarik kertas dan sebuah pulpen. Ia menuliskan surat balasan kepada Takeru. Setelah selsesai menuliskannya, shiyori cepat-cepat menghampiri takeda-san yang ada di ruang tamu.
“ini surat balasanku untuknya. Tolong sampaikan pada Takeru.” shiyori pun menyerahkan surat balasannya.
“hai!” Takeda-san menerimanya dengan kedua tangannya.
“arigatou gozaimasu!” shiyori membungkukkan badannya dengan sangat hormat karena dia sangat berterima kasih kepada takeda-san, sampai-sampai takeda-san terkejut. Melihat itu takeda-san langsung ikut membungkukkan badannya setara dengan shiyori. Setelah itu, Takeda-san pun pulang ke kediaman majikannya. Sementara shiyori kembali dengan pekerjaannya.
***
Di Amerika…
Tok tok tok
“masuk”
“tuan, ini ada titipan dari nona shiyori.”
“aah, letakkan saja di mejaku dan kau boleh pergi, terima kasih”
Cklek!
Pelayan takeru pun menutup pintu kamar takeru. Sementara Takeru menghampiri meja dan mengambil selembar kertas itu. Ia membukanya dan membacanya,
Aku akan menunggumu…
-Shiyori-
Air mata Takeru jatuh melihat tulisan itu. air matanya pun semakin lama semakin deras.
“gomenne…” ucapnya lirih.
***
Berbulan-bulan telah di lewati Shiyori tanpa sesosok Takeru disampingnya. Ia masih tetap menunggu Takeru. Bahkan shiyori juga menggantikan Takeru menghibur anak-anak yang ada di rumah sakit. Shiyori tidak sendirian ketika menghibur anak-anak disana. Teman-teman satu gengnya di sekolah juga menemani shiyori.
“shiyori-chan! Apa kau mau ke rumah sakit lagi hari ini?” kata Sakura
“hai!”
“baiklah, kalau begitu aku ikut!”
“aku juga!” ucap himawari
“sama!” ucap sawako.
“baiklah, kalau begitu. Ayo kita berangkat!” ajak shiyori
“ayooo!” sahut teman2 shiyori.
Di rumah sakit….
“konnichiwa,minna-chaaan!!”shiyori dan teman2nya menyapa anak2 yang ada di situ.
“konnichiwa, onee-chaaan!!” balas anak-anak.
Setelah beberapa menit, mereka selesai. Mereka pun kembali ke rumah masing2 dengan kendaraan masing2.
“jyaaa!”
“jyaanee!”
“mm, hati-hati!”
Shiyori pun sampai di kediamannya. Ketika ia menuju ruang tengah, dilihatnya ayah dan ibu shiyori sedang duduk di sofa.
“tadaimaa!!”
“okaerinasai, shiyori-sama.”
“okaeri! Ri-chan!” balas kedua orang tuanya.
“oh, oka-san, oto-san?!”
“mm.”
“kalian sudah pulang? Cepat sekali? Ada apa ini?”
“begini, shiyori..” kata ibu shiyori.
“oh- takeda-san, kenapa kau ada disini?”
“saya kemari untuk menyampaikan hal tentang Takeru-sama”
“takeru-chan? Baiklah, aku akan mendengarnya”
“takeru-sama….”
*****

“takeru-chan, bagaimana kabarmu… di surga?”
Shiyori duduk di pusara Takeru.
“kau tahu? Hari ini cuacanya sangat cerah” ucap shiyori tersenyum.

Flashback
“takeru-sama… beliau sudah kembali.”
“benarkah? Dimana dia sekarang?”
“jenazahnya sedang dalam perjalanan menuju rumah utama..”
“a..pa? takeda-san, maksudmu… Takeru sudah…”
Takeda-san mengangguk. Air mata shiyori jatuh seketika.
“bagaimana.. bagaimana bisa ia meninggal…?” ucapnya sambil menangis.
“shiyori-sama, sebenarnya ada hal  yang tidak anda ketahui. Tuan pergi ke Amerika bukan untuk urusan bisnis, melainkan untuk menjalani terapi kanker otaknya. ”
Shiyori pun langsung terjatuh ke lantai dengan posisi duduk. Air matanya mengalir semakin deras terdengar juga isak tangisnya. Ia memegangi dadanya yang terasa sakit. Ayah dan ibu shiyori membantu shiyori bangun dan mereka pun beranjak menuju kediaman keluarga yamamoto. Begitu sampai disana, sangat terlihat jelas suasana haru yang menyelimuti kediaman tersebut. Melihat tubuh Takeru yang terbaring kaku, kaki shiyori semakin lemas untuk di gerakkan. Sesekali ia jatuh, namun ia di bantu oleh orang tuanya untuk bangun. Akhirnya ia pun di samping tubuh Takeru yang terbaring kaku. Dengan air mata yang terus mengalir, ia mengelus-ngelus lembut kepala Takeru. Sambil terus memanggil namanya,
“takeru-chan… hiks.. takeru –chan..kenapa kau berbohong padaku? Kenapa kau tidak bilang padaku tentang penyakitmu? hiks..hiks..”
***
“shiyori-sama, ini barang2 takeru-sama yang ada di ruang kerjanya ini. Mungkin lebih baik anda yang menyimpannya. Baiklah, saya permisi dulu.” Ucap takeda-san.
Shiyori pun masuk ke ruang kerja menghampiri box yang berisi benda peninggalan Takeru. Ia mengambil satu per satu barang takeru. Ia pun mengambil buku harian milik Takeru. Shiyori membuka lembaran demi lembaran dan membacanya.

May, 12nd  2009
Hari ini aku membelikan seorang gadis ice cream karena tadi dia menangis. Gadis ini adalah gadis spesial. Karena tuhan sudah mempertemukanku dengannya ketika aku baru mau mencarinya. Namanya Yamada Shiyori. Setelah dari taman, kami pun bertemu lagi di event perusahaanku. Ia pun terkejut melihatku dalam pakaian setelan. Ya, dia tidak tahu siapa aku. Tapi aku tahu benar siapa dia.

June, 15th 2009
Hari ini aku berkunjung ke makam Ruka. Rasanya aku ingin menangis, mengingat janjiku padanya yang tidak bisa untuk terus kutepati. Karena aku menderita kanker otak stadium akhir. Meskipun aku sudah mendapat perawatan di Amerika, tapi itu hanya untuk menahannya sesaat. Ketika di Inggris, Ruka berpesan padaku untuk menjaga Shiyori apabila ia terlebih dahulu dipanggil. Dan ternyata ia duluan yang dipanggil Tuhan.

June, 20th 2010
Shiyori, gomenne…
Aku berbohong padamu soal kepergianku ke Amerika. Aku tidak bermaksud melukaimu. Aku hanya tidak ingin kau khawatir. Dan sekali lagi, aku ingin meminta maaf padamu. Sepertinya otakku sudah tidak kuat lagi menahan kanker ini. dan, sebenarnya aku ini adalah sahabat Ruka,kakakmu. Kami berteman ketika di inggris. Wajar saja kau tidak mengenalku.
 Shiyori, gomenne…


 Sakit!! Kumohon berhentilah!! aku masih harus bertemu shiyori! Argh! Kenapa penyakit ini harus kambuh sekarang!

Shiyori, biarpun aku dan Ruka sudah tidak ada di dunia, tapi kau tidak sendirian, shiyori-chan. Karena kami akan selalu menjagamu dari surga…
Aishiteru, shiyori-chan..

Air mata shiyori kembali mengalir dengan sangat deras. Sampai-sampai pelayan rumah yang berdiri di depan pintu ruangan kerja Takeru pun dapat mendengarnya. Kali ini tangisannya diiringi dengan rasa sakit yang tak tertahankan. Karena semua rahasia yang tak diketahui oleh Shiyori, kini terbongkar. Dan yang lebih menyakitkan, adalah Shiyori mengetahuinya di saat Takeru telah tiada. Ia juga sedih karena di saat Takeru sedang kesakitan, ia-shiyori- tidak ada disampingnya.
End of flashback

“takeru-chan, hari ini tanggal 25 juni. Kau tahu hari ini hari apa? ya, benar! Hari ini ulang tahunmu. Dan berhubung aku belum menepati janjiku, aku akan menepatinya sekarang. Dan juga sebagai kado ulang tahun dariku. Kau siapkan mendengar suaraku? Baiklah..”
#another day has gone#
#i’m still all alone#
#how could this be#
#You’re not here with me#
#And never say goodbye#
#Someone tell me why#
#That you have to go#
#Until my world so cold#
#Everyday I sit and ask myself#
#how did love slip away#
#something whispers in my ear and say#
#you are not alone#
#I am here with you#
#though you’re far away, I’m here to stay#
#you are not alone#
“ Aishiteru, Takeru-chan…”
THE END